Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)
0

Segenap Jiwa -- Seluruh Rasa


"Ada yang aku janjikan ketika kamu tak lagi disini. Yaitu mencoba ikhlas karena kamu sekarang disana. Sadar betul bahwa kita sama-sama sedang berjuang meraih mimpi, membuatku bekerja keras untuk menunda rindu yang ada." #hana
 
      Kamu pernah berkata padaku, bahwa kita harus bisa menjadikan rindu yang kita punya ini menjadi hal-hal positive yang membahagiakan bagi dirimu sendiri maupun untuk ku. Karena kamu sadar betul bahwa jarak sudah memisahkan kita. Ini demi mimpi yang sudah ada didepan mata.

        Karena itu, kamu membuatku lebih belajar tentang mengikhlaskan kerinduan. Yang kadang suka datang mendera dan menerpa hati. Sekuat tenaga, aku menempa dan menguji nyaliku sendiri. Aku menantang diriku untuk bisa terbiasa tanpamu. Perlahan, namun aku pastikan aku bisa melaluinya tanpamu.

          Sayangnya, semua itu selalu terasa menyakitkan ketika rindu tak lagi bisa kubendung. Bendungan yang sedianya kokoh berdiri diatas melingkari hatiku, nyatanya juga bisa hancur berkeping-keping ketika aku tak menemui sosok sepertimu disekitarku. Mereka! Menjadi penyemangat yang membuatku sedikit melupakan tentangmu.

         Aku merindukanmu, seringkali. Aku sangat merindukanmu, terkadang. Aku betul-betul merindukanmu, selalu. Tapi aku bisa apa kecuali mengamini setiap do'amu dari jauh? Dan mendo'akanmu dari ujung sajadah ku...

        Waktu, yang nanti akan membuktikan. Waktu yang nanti akan mempertemukan. Waktu pula yang nanti akan memisahkan. Aku sadar betul bahwa hanya waktu yang jaraknya tak bisa kurengkuh, selain kamu. Aku sadar betul, bahwa hanya waktu yang menjadi batas pemisah antara kita sekarang, selain jarak. Dan aku sadar betul bahwa waktu ku kini tak akan terbuang sia-sia hanya dengan merindukanmu dari sudut kamarku yang bisu.
        Karena dengan kekuatan rindu yang kupunya untukmu, aku akan membuatnya begitu berguna. Sangat berguna, sebelum aku... Bertemu denganmu, suatu ketika. Ditempat manapun yang Ia kehendaki.*esc
0

Jika Memang Dia


Tuhan, kalau ini memang benar. Semoga saja dia bisa membuatku kembali belajar tentang rasa yang luar biasa ini. Untuk dia dan untukku. 

Tuhan, jika ini benar. Semoga saja rasa luar biasa yang Kau titipkan ini bisa membuatku jauh lebih baik. Apalagi karena aku bersama dia, sekarang.

Tuhan, jika ini memang benar adanya begini. Aku ingin ucapkan terimakasih pada-Mu karena telah menitipkan rasa yang luar biasa padaku, lagi. 

-------------------------------------------- #hana -----------------------------------------------------

Tuhan, aku tidak tau apa yang sedang kurasakan sekarang. Entah benar jatuh cinta, atau memang hanya perasaan sesaat. Aku takut Tuhan, aku takut. Jika ini semua hanya perasaan semu. Yang tidak mungkin jadi kenyataan. Setidaknya untuk saat ini, begitulah adanya.

Tuhan, aku tidak tau apakah dia orang yang benar bisa membuatku tertawa setiap harinya? Yang bisa menyangga sedihku, dan merubah hari-hariku esok dan esoknya lagi? Aku tidak tau, aku tidak tau.

Tuhan, jika memang benar dia yang terbaik hari ini, esok hari, dan esoknya lagi untukku. Aku hanya ingin dia mengajariku untuk menjadi yang dia cinta. Aku ingin menjadi sosok yang ia cintai, agar aku juga bisa memiliki rasa yang luar biasa ini, untukku dan untuknya.

Tuhan, aku tidak meminta banyak dari-Mu. Aku hanya inginkan seseorang yang bisa mengerti diriku, yang bisa menjadi cahaya dikala gelap menyelimutiku, menjadi petunjuk jalanku yang berliku, dan aku rasa dia lah orangnya. Mungkin hanya dia yang bisa, yang tau, dan mengerti. Aku inginkan dia, tapi aku tidak tau apakah aku juga butuhkan dia? Seluruh keraguan itu... Masih menyelimutiku. Bantu aku Tuhan, apabila memang dia yang Kau persiapkan untukku selama ini, tolong bantu aku menuju jalannya dan buat dia menuju jalanku.*esc
0

Ingin Ku

Aku melihatmu.
Sejak dulu, meski dalam jarak.
Aku melihatmu.
Sejak dulu, walau hanya sepintas.
Sekilas, kemudian hilang.
Aku melihatmu.
Di iringi syair hembusan udara.
Aku berbisik dalam kalbu.
Tuhan, aku suka dengannya.
Aku ingin dekat dengannya.
Aku mau dia. Aku ingin dia.
Sampai merpati datang membawa pesan-Nya.
Dia. Yang dulunya hanya bisa dilihat.
Dia. Yang dulunya hanya mampu kubatinkan.
Dia. Yang dulunya sama sekali tak melihatku.
Kini sudah ada didekatku.
Bahkan pada jarak yang tak kuduga.
Dia. Itu kamu.*esc
0

KITA itu ADA kok!

Pernah aku berkata bahwa "Tidak pernah ada kita". Yang ada cuman aku, kamu, dan dia. Udah gitu aja? Iya, nyatanya memang begitu saja. Aku tau seketika setelah aku mengatakan itu kamu sungguh berfikir keras. Amat keras. Mungkin kerasnya melebihi dinding batu bata yang disusun dengan kuat dan kokoh. Mungkin loh ya, mungkin.

Aku tau sempat kalimat itu meyakitimu. Walau sedikit. Walau kamu berkata "tidak, aku tidak papa". Atau "aku ikhlas kok" kemudian tersenyum penuh arti.. Tapi aku tau, perasaan itu... Hati itu, pasti tersakiti. Walaupun hanya secuil. Akuilah! Mata itu berbicara dengan jelas dengan ku kala itu. Sorot mata yang kau punya... Sama sekali tidak bisa berbohong. Dia mengatakan yang sejujurnya padaku saat itu juga, seketika setelah kalimat itu terlontar.

Maaf. Aku meminta maaf untuk momen kala itu. Aku hanya bisa mengakatan maaf untuk mu saat ini. Hanya itu saja. Karena aku begitu bodoh, berkata sebelum berfikir. Berkata sebelum menimbang perasaan yang kau miliki. Berkata tanpa merasakan apa yang sebenarnya. Maaf. Sekali lagi maaf. Sungguh aku tidak bermaksud untuk itu. Tapi jika memang begitu yang terjadi, hukum aku sesuka yang kamu mau. Hukum aku! Karena aku, pantas dapatkan itu. Aku, pantas mendapatkannya.

Dari palung hatiku yang paling dalam, sungguh aku tidak benar-benar mengatakan itu dengan hati. Semoga saja kau juga tau itu. Sungguh, aku tidak benar-benar berfikir jernih kala itu. Pikiranku keruh, sampai tak dapat terlihat celah cahaya yang coba masuk mencerahi pikiranku. Entah sebegitu keruhnya kah hati dan pikiranku saat itu? Atau memang aku yang bodoh.

"Kita" itu ada kok! Ada. Meski tak selalu sempurna. Meski tak sesempurna kemarin. Tapi "kita" itu ada. Ada, meski kehadirannya kadang terabaikan dan terungsikan. Tapi "kita" itu memang benar ada. Ada untuk saling melengkapi, mengingatkan, membahagiakan, bahkan untuk saling menghapus air mata satu sama lain. Aku percaya. Sesalah paham apa pun kita kemarin, esok segala yang salah itu bisa membuat kita jadi lebih baik. Jauh lebih baik. Dan mungkin amat sangat baik. Semoga saja.

Terimakasih, untuk apa pun yang sudah pernah kalian berikan. Untuk apa pun yang sudah pernah kalian ajarkan. Untuk semuanya, apa pun itu yang kalian berikan dan kalian ajarkan padaku.. Sekarang sudah membuat diriku jadi lebih baik. Setidaknya, lebih baik secara perlahan. Terimakasih banyak, aku sayang kalian. ~ #hana *esc
0

Sebelas

Mungkin tidak semuanya bisa selalu ada. Tapi yang jelas
dimana pun kalian berada, hati dan pikiran kita
InsyaAllah akan selalu terpaut satu sama lain. #hana

Hari demi hari yang sudah kita lewati bersama, kebersamaan yang terajut perlahan namun pasti, canda-tawa yang membahana dirumah kita, bahkan tangis-duka yang menyerbak meraung digubuk kecil itu. Kami membangunnya mulai dari nol. Percayalah ini terasa sulit, sungguh sulit. Menyatukan sebelas pemikiran yang berbeda dalam satu wadah yang sama.

Kami mengabaikan seruan serdadu jendral yang menyuruh kami untuk pergi segera dari gubuk kecil itu, kami tetap tinggal disini! Ini rumah kita! Bukankah seharusnya rumah itu dirawat dan dihuni setiap saat? Bukan ditinggal dan dibiarkan begitu saja? Mana perjuanganmu!? Mana?

Kita, kamu dan aku sama-sama mencintai bendera kebangsaan ini. Kita sama-sama cinta. Tapi cinta yang sama tak membuat kadar perjuangan yang diberikan pun sama juga. Bukankah ini tidak adil? Life is unfair.

Tidak perlu banyak kata lagi yang harus dituangkan, aku hanya ingin kita bisa bersatu sama seperti mereka yang terdahulu. Bersatu untuk berjuang. Bersatu menjadi pelurus. Bersatu meneruskan ukhuwah. Bersatu membangun rumah kecil yang kumuh dan merubahnya menjadi istana megah nan agung. Demi kejayaan yang kita tumpu bersama, aku mencintai kalian karena Allah. Bukankah ini sudah adil? Berjuanglah juga karena kita sudah berada dijalan yang sama.
*esc

Rindu Menunggu Mu Pulang

   Ketika rindu memutuskan untuk datang kembali. Siap tidak siap aku harus menerima dan membukakan pintu untuknya. Tidak ada pilihan lain selain "Iya". Karena aku, masih saja membuka diri dan membiarkan diriku dibelenggu dalam lingkaran kehidupan mu. Aku tidak ingin sedikit pun mengurangi jumlah perasaan ini, apalagi menghilangkannya. Karena belum ada pemain sebaik kamu yang pantas mendapatkan peran sepenting ini untuk drama hidupku kelak. Belum ada, bahkan hingga saat ini.

   Ketika rindu memang benar-benar datang untuk kembali. Dia sudah datang dan kembali pulang. Dia tau kemana ia harus pulang. Padaku. Itu jawabannya. Tapi mengapa hanya rindu saja yang setia datang dan menyerbu hati ini? Kenapa si tuan pemilik rindu itu sendiri tak kunjung pulang? Apa dia lupa kemana ia bisa pulang dan beristirahat dalam peraduannya dengan tenang? Apa ia hanya mengizinkan sang rindu saja untuk pulang? Tanpa membawakan dirinya sendiri untuk bertemu denganku dan mengatakan hal yang sama?

   Kamu yang aku rindukan nyatanya juga masih berkutat dengan dia yang entah merindukan mu juga atau tidak. Bukan kah terlihat bodoh tatkala kamu merindukan seseorang dan kemudian orang tersebut merindukan orang lain yang tidak merindukan dia? Hidup ini terlihat berputar pada rotasinya, tapi sayangnya kamu tidak lagi berputar kembali padaku. Kamu merindukan dia, tapi tidak sebesar aku merindukan kamu. Dan dia, nyatanya tidak memiliki rindu yang sama. Bukan kah kita sama-sama memiliki rindu? Lantas kenapa kamu tidak kembali padaku saja? Dan menuntaskan rindu yang sajaknya tidak pernah tersampaikan padanya.   

   Dan ketika rindu usai mencabik-cabik perasaan ini lagi. Kamu kemana? Masih tetap saja berjalan dirutemu mengikuti dia tanpa mau dan perduli untuk menoleh kebelakang dan melihat aku. Itu kan alasan mu untuk tak pulang kali ini? Karena dia belum mampu kau dapatkan dan kau buat kembali padamu. Aku tau kau mengikhlaskan nya pergi dan berharap dia bahagia. Bukan kah aku juga begitu? Aku berharap kau selalu bahagia, namun ... Satu yang belum bisa. Aku belum mengihkhlaskan mu untuk pergi. Karena aku masih menunggu mu untuk pulang dan membawa rindu yang sedianya masih ada dan tersimpan untuk ku. Aku menunggu mu pulang, sayang.*esc
0

Tiga Paragraf


" Bukan dia yang selalu ada disampingmu, bukan dia yang selalu mengerti tangis dan tawamu, bukan dia yang sudah bersamamu sekian tahun lamanya. Tapi, seseorang yang baru saja bersama mu, mencoba mengerti siapa kamu, dan coba ajarkan mu beberapa hal yang juga ia tau; Aku. " ~ #hana
   
    Aku tidak mengajarkan mu dengan kekerasan. Tidak dengan kalimat yang keras. Tidak dengan sikap yang keras. Dan tidak dengan sifat yang keras pula. Karena aku tau, kekerasan tidak akan mengajarkan mu apa pun. Kekerasan tidak akan membuat mu belajar tentang apa pun. Kekerasan tidak akan menghasilkan apa pun untuk mu. Aku tau! Aku tau! Karena kekerasan yang juga mengajarkan ku tentang semua hal yang tidak tertulis dalam buku. Sekali pun itu adalah buku kehidupan.

     Dengan diam dan berpura-pura tak perduli, rasanya sudah cukup buatku untuk mengajarkan mu tentang adanya materi yang mungkin tak akan pernah kau dapat ketika kau membuka lembaran-lembaran tipis bertintakan hitam itu. Diam dan berpura-pura tidak perduli, hanya sebatas itu aku mengajarkanmu tentang betapa kerasnya hidup ini. Tidak dengan kekerasan, tidak dengan sesuatu yang harus ku hunuskan ke badanmu! Hanya dengan diam dan berpura-pura tidak perduli.

  Aku tau diam ku sudah cukup menyiksamu, aku juga tau ketidakperdulian ku juga sudah cukup menyakitimu. Karena aku tau hanya dengan dua hal itu saja, aku sudah mengajarkan mu tentang banyak hal. Mengertilah! Ini semua bukan hanya tentang keegoisan, labilnya kamu, pengertiannya kamu, saling memahaminya kita, menerimanya kamu tentang aku, dan banyak lagi yang mungkin tidak akan muat diketik oleh keyboard mungilku ini. Tapi ini tentang semua hal yang ada disekeliling kita. Hanya itu? Tidak! Diam dan kepura-puraan ku bukan hanya sebatas memberikan pelajaran, tapi juga karena aku sayang kamu. Iya, aku mulai menyayangi kamu tepatnya. Maaf jika diam dan kepura-puraanku sempat menyakitimu. Tapi aku hanya mau kamu tau, aku menyayangimu. ~ #hana *esc

Hanya Isyarat


Aku mengayun, megalunkan hembusan nafas tak terhenti.
Ku kayuh pedal tua itu.
Rasakan! Hembusan alam menerpa, menyapa kita.
Karena dia, aku mencintai Dia.
Yang mencipta dan merujuk ku pada bumi nan permai.
Namun aku juga mencintai dia.
Yang ajarkan ku sebuah isyarat.
Isyarat hati.
Aku menatap lagit bersamanya.
Melihat awan dengannya.
Bahkan perlahan menikmati angin dengan dirinya.
Hingga getar isyarat kembali menyapa.
Aku tak ingin dia pergi.
Pergi kembali pada Dia.
Aku masih ingin dia disini.
Duduk, berjalan, dan menyentuh jari-jemari ini.
Aku kira ini hanya isyarat.
Isyarat yang harusnya membuatku hentikan dia.
Tapi aku tak bisa!
Aku tidak...
Dia yang kokoh pendiriannya,
tetap melenggang pergi.
Berlalu, meninggalkan jejaknya padaku.
Sampai bayangnya pun kini sudah hilang.
Aku menunggumu untuk pulang!
Cepat kembali dan tinggal lah disini!
Temani aku, selama kau bisa.
Dan biarkan isyarat ini hanya jadi pertanda,
tanda yang tak pernah nyata.
Karena kamu harusnya memang kembali.
Padaku.*esc

#hana
0

Kamu yang Ingkar

Kamu kan yang ingkar!
Ketika kamu pernah berkata takut jika aku pergi meninggalkan mu sama seperti ketika aku pergi menginggalkan yang lain. Dan sekarang, kamu kan yang ingkar? Kamu yang sekarang, perlahan pergi menjauh. Berjarak. Renggang. Dan memiliki batas.

Mungkin aku terlalu perasa, mungkin. Mungkin aku terlalu berlebihan menanggapinya, mungkin. Mungkin aku juga terlalu bersikap selemah ini, mungkin. Tapi yang aku lihat adalah yang menjadi penilaianku, salahkah jika ini terjadi? Salahkah jika aku mulai ragu?

Satu-satunya hal yang kupercaya hingga kini adalah ketika aku melihatmu masih bersikap menyayangi ku, walau sedikit. Tapi aku tau yang sedikit itu jauh lebih tulus. Aku percaya kamu, ketahuilah itu!

Bagaimana tidak jika setiap kisah yang ku punya telah ku bagi denganmu? Bagaimana tidak jika setiap kisah yang kau punya telah kau bagi denganku? Bagaimana tidak jika setiap tangismu sudah pernah kudengar dan setiap keluh ku sudah pernah kau dengar? Bagaimana tidak jika aku merasa sesayang itu dirimu padaku? Bagaimana tidak jika aku bisa sepercaya ini?! Dan kamu telah ingkar! Kamu yang ingkar!

Ketakutan mu dulu, nyatanya malah terjadi padaku. Ketakutan mu dulu kini menjadi momok bagiku. Ketakutan mu dulu yang pernah kau utarakan padaku, kini menjadi bomerang. Bukan untukmu, tapi untukku. Aku terkena libasan parit yang kau ayunkan sendiri. Aku terkena!

Kecewa? Iya, pasti. Sedih? Tentu saja. Hal ini membuatku marah? Sempat terjadi. Dan aku mulai tidak perduli denganmu? Iya, perlahan ku lakukan itu.

Aku sudah melakukannya, sudah ku lakukan berbagai cara. Tapi kecewaku, sedihku, marahku, ketidak perdulianku... Tidak jauh lebih besar dari sayangku. Aku sayang kamu! Tapi apa iya kamu juga begitu? Apa iya? Bukan kah kamu sudah ingkar?

Aku tidak menyalahkan mu untuk ini, aku tidak.. Karena mungkin yang disana memang jauh lebih baik dariku. Karena mungkin yang disana memang jauh lebih sempurna bagimu dibanding aku. Karena mungkin yang disana bisa jauh melengkapi mu ketimbang aku. Karena mungkin yang disana bisa jauh menemanimu, mendengarkanmu, dan selalu ada denganmu dibanding aku.

Tapi ingatlah, yang disana itu.. Yang baru kau kenal itu.. Tidak jauh lebih baik ketika dia belum mendengar semua ceritamu. Tidak jauh lebih baik ketika dia belum mendengar segala bentuk tangismu. Dan tidak jauh lebih baik ketika dia, belum bagitu paham akan dirimu. Tidak jauh lebih baik, tidak sebaik aku. Setidaknya, itu yang kurasakan. Kamu yang ingkar nyatanya juga tidak membuatku berhenti kemudian berpaling pada yang lain. Kamu!*esc
0

Aku Sayang Kamu!

♥♥♥♥♥♥
Aku sayang kamu! Setidaknya... Itu adalah satu-satunya kalimat yang bisa kuteriakkan ketika pertama kali melihatmu lagi. Iya, aku berteriak! Di dalam hati, maksudku.

Ketika aku melihatmu lagi, aku tau bahwa yang berjalan mendekat itu adalah kamu. Aku tau! Meski aku hanya melihatmu sekilas. Ya Tuhaaaaaan... Aku begitu paham dengan caramu berjalan. Aku begitu hafal dengan gesture tubuh itu. Aku begitu...

Ketika kursi itu telah berpenghuni.... Aku canggung! Bahkan untuk melihat penghuni bangku kosong itu saja aku tidak berani. Apalagi berbicara dengannya. Berbicara dengan dia yang sudah lama tak berada disitu, yang kini telah kembali ketempat yang sedianya dulu sering ia singgahi. Tuhan, lidah ku kelu... Aku tak bisa berucap apapun.

Mungkin... Pandangan ini masih terarah padanya, meskipun mencuri-curi. Tapi parasnya yang menawan membuat lidah ini tetap saja tak bisa tergerak. Aku tak bisa lepas dari pesonanya.

Kini pikiran dan perasaanku sedang berperang. Mereka berperang untuk apa yang harus ku lakukan kini!? Haruskah aku mendekat, atau hanya duduk diam menjadi bayangan pesonanya?

Kamu yang aku perjuangkan, sendirian. Nyatanya juga masih saja tidak menghiraukan ku. Masih saja seperti kemarin. Bersikeras memperjuangkan dia, yang nyatanya tak pernah kau dapat!

Kamu yang aku perjuangkan... Nyatanya masih dimiliki hatinya oleh yang lain. Dimiliki, tanpa pernah merasa memiliki.

Lantas, kapan tiba waktu ku untuk kau perjuangkan? Kapan?!

Aku hanya lelah terus memperjuangkan kamu, sendirian. Sementara kamu? Masih sibuk memperjuangkan yang lain. Dan sialnya untuk ku, hingga kini aku dengan segala perasaan yang sia-sia dan tak terbalaskan ini belum juga bisa berhenti untuk menggantungkan pengharapanku padamu. Meski aku tau dan aku paham, untuk ini semua aku membayarnya dengan harga yang mahal. Dengan merasakan sakit yang berkali-kali datang menghujam nadirku.

Untuk kamu yang sampai saat ini dengan sengaja masih kuperjuangkan hatinya....
"Aku sayang kamu, entah sampai kapan dan berapa lama lagi rasa ini masih ada. Satu-satunya hal yang pasti yang kau berikan hari ini adalah sebuah pengharapan. Entah bagaimana dengan esok, dan seterusnya. Dan satu-satunya hal yang jelas yang bisa kurengkuh hari ini adalah perasaan... Dimana perasaanku selalu berkata, aku menyayangimu!" - #hana *esc
0

Nanti


Did you believe that? - #hana
Nanti? Kata tunggu yang sedianya masih terjadi esok, besoknya lagi. Yang pada intinya tidak terjadi saat ini. Dan ini "Nanti" yang aku tulis untuk dirimu, kesayangan ku.

Nanti, ketika kamu jatuh... Aku ingin memastikan, bahwa aku akan ada disebelah mu.

Nanti, ketika kamu terkuka... Aku ingin pastikan, bahwa aku adalah orang yang akan mengobati luka mu.

Nanti, saat kamu menangis karena kecewa... Aku ingin memastikan akan selalu ada pundak untuk mu bersandar, akan selalu ada sapu tangan yang setia mengusap air mata itu..

Nanti, ketika Tuhan tidak lagi membuat kita berbijak di dataran yang sama... Aku akan mendo'akan mu, meneteskan air mata ku di setiap sujud karena merindukan mu, dan mengunjungi mu di rumah terakhir dimana kamu akan kembali bertemu dengan-Nya. Untuk semua itu, aku berharap kamu juga begitu.

Nanti, masih nanti. Karena kita masih ada di dalam wadah yang sama, masih ada di dataran yang sama. Kita juga masih tidur di bawah langit yang sama, masih melihat bintang dan bulan yang sama. Dan kita masih saling memandang meski tak saling memiliki. *esc
0

Untuk Ku dan Untuk Mu

Ku akui, tidak mudah menjadi seseorang yang berdiri di garda paling depan dari sebuah jaringan yang sudah lama terbentuk dan sudah lama berorientasi. Tapi pemikiran kami, terutama pemikiranku berbeda dengan mereka-mereka yang layaknya menjadi beberapa orang atau sekumpulan orang yang sangat aku hormati. Bukankah Tuhan sudah menganugrahkan keluasan dan keluesan berbeda-beda terhadap hamba-Nya? Untuk setiap pemikiran dan langkah yang nantinya kita putuskan.

Bersyukur akan adanya keadaan yang terjadi untuk diri kita sekarang, ah teori memang selalu lebih mudah dari kenyataan. Tapi selayaknya belajar bersyukur juga tidak membuat kita kekurangan, malah melengkapi apa yang sebenarnya kurang. Aku tau, kadang teori-teori yang tercetuskan belum tentu aku juga bisa lakukan. Tapi setidaknya ada sedikit hal dari diriku yang bisa merubah dunia, meski sedikit tapi suatu saat pasti berarti. Tapi teori itu, selalu tidak berlaku untuk diri kita sendiri. Terkadang begitu lho...

Karena tidak ada dokter yang mengobati dirinya sendiri, sehebat apa pun dokter itu... Kelak, ketika dia mengidap sebuah penyakit dia juga pasti butuh dokter lain. Dokter yang lebih ahli dari dirinya pada bidang tertentu tersebut, dokter yang ia percaya mampu membantunya untuk sembuh dari penyakitnya. Begitu lebih baik bukan?

Sesungguhnya tulisan ini cuman sekedar guratan kecil dari rasa ketidakmampuan seseorang untuk membimbing dirinya sendiri ke arah yang lebih baik, mungkin karena pemikirannya yang tak jarang tidak bisa diterima dikalangannya sendiri. Atau mungkin orientasi otaknya yang terlalu bersinergi, alhasil mencetuskan pemikiran-pemikiran kurang jenius yang kadang malah menjadi hal paling penting itu dipikirkan ulang...

Jadi apa yang pantas untuk seseorang yang sampai sebesar ini belum mampu untuk berjalan dan membimbing dirinya lebih baik? Tidak ada yang lebih pantas dari keinginan untuk belajar, belajar, belajar, dan terus belajar untuk lebih baik lagi. Suatu ketika, dunia dan kamu akan mampu bersinergi menjalin hubungan yang baik. Tentunya dengan pemikiranmu sendiri, yang tidak semua orang mampu untuk memilikinya. Percayalah, suatu saat nanti.. Itu pasti terjadi untuk ku dan untuk mu.

Terimakasih ya Allah, karena sudah menganugrahkan segala pemikiran dan landasan ilmu bagi diriku dan bagi mereka yang menyayangiku secara nyata maupun diam-diam. Bagi mereka yang nun jauh disana, yang mungkin suatu saat nanti akan ku kenal entah bagaimana caranya. Semoga apa yang Kau anugrahkan ini nanti nya bisa lebih bermanfaat untuk siapa pun, karena aku tau tidak ada satu pun yang Kau ciptakan di dunia ini yang tiada memiliki arti lagi tak bermanfaat. Alhamdulillah...*esc
0

Tarawih Hari Pertama


AYO TARAWIH REK! O:)
Assalamu'alaikum..
Weeehweh tidak terasa yaa readerswan dan readerswati sekarang kita sudah masuk di bulan puasa tahun 2013!! Alhamdulillah (: *mendadak alim* Marhaban Ya Ramadhan.. Sebelumnya saya sebagai satu-satunya yang suka ngadmin dan nyampah diblog ini mau minta maaf yang seluas-luasnya, sebesar-besarnya, dan seikhlas-ikhlasnya kepada kalian semua yang sudah sudi dan dengan suka rela membaca blog yang sebenernya isi nya amat sangat hina, labilers dan galauin ini. Maaf yaa semua kalau sering bikin galau, hehehe =)

KEMBALI KE TOPIK PEMBICARAAN! *ini capslock jebol*

Tarawih hari pertama.. Apa rasanya? Hmmm...
    Shalat Tarawih sebenernya bukan masalah seberapa besar sajadah yang kamu bawa. Bukan se-bagus apa pun baju koko atau mukenah yang kamu gunakan. Bukan se-menor atau se-klinis apa pun tampang kamu semua. Bukan juga dengan siapa kamu datang ketika waktu Sholat Tarawih itu tiba. Bukan! Bukan karena itu semua.
   Yang dibutuhkan hanyalah seberapa ikhlas kamu rela melangkahkan kaki mu untuk berjalan menuju masjid. Seberapa rela kamu pergi untuk mengambil air wudlu kemudian mengenakan pakaian yang sebaik-baiknya untuk bertemu sang Maha Pencipta kita, Allah SWT. Tapi lebih daripada itu, ada hal yang paling penting dari itu semua. Apa? 
    Ada satu usaha dari kamu-kamu sekalian untuk berbuat kebaikan, menabung pahala, melaksanakan kebajikan. Ada hati yang ikhlas nan baik yang bersedia menambah nilai plus selama bulan Ramadhan ini. Dan apa pun itu hadist nya yang menguatkan tulisanku ini, Allah pasti suka orang-orang yang berbuat kebaikan dan menjalankan seluruh perintah-Nya untuk beribadah di bulan suci ini.
      
Jadi, gimana perasaan Tarawih di hari pertama?
     Sukses berat buat mengajarkan saya rasa sabar. Karena tidak terbiasanya datang ke Mushola dan tidak terbiasanya menghabiskan waktu untuk shalat dengan rakaat yang cukup banyak jadi Shalat Tarawih hari pertama ini sukses mengejarkan saya arti kesabaran dalam mencari ridho-Nya. Sukses juga mengajarkan saya ke-ikhlasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan sukses membuat saya belajar shalat yang lebih khusyu' lagi.
      Yaa tidak munafik juga, shalat saya sendiri pun tidak sebagus shalat orang lain yang bisa full. Tapi setidaknya ini bukan Ramadhan!? Banyak orang yang berlomba-lomba mencari pahala, jadi kenapa saya juga tidak melakukan itu? Orang lain saja bisa, kenapa saya harus tidak bisa.

"Ini perasaan ku waktu melaksanakan Shalat Tarwaih pertama, gimana dengan kamu?" - #hana *esc
0

Pengabaian Mu

Nelangsa aku melihat pengabaian mu.
Aku! Aku!
Yang kini kau abaikan.
Bagai roda-roda kaki yang tak berpijak.
Kau bumbung aku tinggi,
sampai cakrawala menyentuh ujung sutra ku.
Kemudian kau hempaskan aku,
secepat cahaya.
Jatuh! Ketempat tak beralas,
seperti hujan.
Sakit, itu yang kurasa.
Getir suara amukan hati menggebu.
Bak masa yang riuh rontak,
meronta-ronta meminta keadilan.
Lirih-lirih sendu ku dengar suaramu,
membuat tabu segala realita.
Membutakan mataku.
Membutakan hati.
Pengabaian mu..
Sakitkan aku!
Pengabaian mu..
Lelahkan hati!
Bacalah! Bacalah!
Pengabianmu..
Ubah benarku, jadi pendusta.
Mengertilah!
Abaimu kini, jatuhkan aku.
Abaimu kini, kelak kan hunus jantungmu.
Mengertilah, mengertilah..*esc
0

Ketika Tidak Ada Pundak Untuk Mu

- Sang Pijar -
Hari ini, dimana aku sendiri menghadapi dunia. Aku mengerti bagaimana rasanya tangis itu mengalir dengan derasnya. Aku paham sekali bagaimana rasanya air asin itu menetes tiap detik lewati lajurnya yang semilir menuruni hilir pipi ini. Mungkin dunia tidak mengerti, bahkan tak seorang pun mengerti. Bahwa sang pijar kini sedang meredup. Ia sedang menghampiri mati nya kali ini. Tidak ada satu penyelamat pun datang menghampirinya kemudian menyelamatkannya dari kehancuran jiwa.

Ini mungkin penyakit hati, mungkin juga jiwa, mungkin... Tidak ada satu pun yang tau kecuali sang pijar. Apabila Ia mengatakannya, percayalah! Tak akan ada satu cahaya pun yang percaya bahwa 'dia' yang sedianya selalu bersinar tiap saat, sebentar lagi akan meredup dan mati.

Adakah cahaya yang nanti akan mencarinya? Nanti ketika Ia telah mati dan tiada? Adakah nanti masih ada yang butuhkannya? Nanti, ketika ada pijar baru yang datang dan lebih bersinar darinya? Tempatnya yang agung nanti akan tergantikan, bumi ini berputar meski pelan. Sama halnya dengan roda kehidupan, ada yang diatas kemudian diturunkan kebawah. Begitu kata pepatah lama.

Aku ingin tau, bagaimana nanti akhirnya sang pijar akan dikenang. Ketika tak ada pundak datang untuknya, akankah Ia tetap bertahan? Ketika tak ada pundak datang untuknya, masihkah Ia perduli untuk memberikan pundak kepada 'dia' yang lain yang juga sama membutuhkannya? Ketika tidak ada pundak datang untuknya, apakah Ia masih dan akan terus menyediakan sesuatu yang tak diberikan oleh yang lain? Jika kamu tau apa yang ku maksudkan... Aku mau tau, mau tau!

Sejujurnya, sang pijar telah lelah. Ia lelah, untuk kembali bertahan. Perduli dengan sesama tak berarti membuat sang pijar diperdulikan oleh sesamanya juga. Bukankah adil tidak harus terbagi sama rata? Bukankah adil tidak harus dirasa sama?

Ketika tidak ada pundak bagi sang pijar, aku cuman mau kamu tau. Ia masih akan berpijar meski redup, Ia akan tetap ada meski nyatanya mati adalah ambang terakhir jalannya. Ia masih akan hidup, meskipun jalannya tertatih. Ia masih dan akan terus ada. Dimana? Di sebelah perasaanmu yang terluka. Disisi hatimu yang kosong. Disamping mu, disamping tempat dudukmu yang seadanya belum berpenghuni. Ia masih akan tetap ada disitu, tak akan berpindah. Apabila dia hilang, biarlah... Nanti dia juga akan kembali dengan hati yang baru dan semangat yang baru, untukmu!

Ketika tidak ada pundak untuk mu? Berbicaralah pada sang pijar, katakan padanya apa yang terjadi denganmu, ceritakan! Dan dia akan dengarkanmu dengan sepenuh hati. - Sang Pijar.
*esc
0

Karena Aku Sayang Kalian

Hai Friends? :')
Dear bestfriends,
Ada hal-hal yang tidak terlupakan bahkan tidak bisa dilupakan didunia ini. Apa itu? Kalian!
Pernah temukan teman yang baik, tidak membuatku berhenti untuk menemukan yang lebih baik lagi. Untuk saat ini, serius.. Kalian yang terbaik. Entah yang lain perduli atau tidak. Entah yang lain merasa juga atau tidak. Entah yang lain mungkin merasa tersinggung atas pernyataanku ini atau tidak. Aku tidak perduli, karena aku sayang kalian.

Ketulusan selalu meluluhkan hati banyak orang.

Mungkin ini yang kita lakukan, yang aku lakukan, yang kalian lakukan juga. Sebuah ketulusan akan selalu meluluhkan hati banyak orang. Setidaknya, kita saling menyayangi dengan tulus kan? Untuk itu, kenapa perpisahan menjadi momen paling berat untuk kita. Karena itu, kenapa kenangan tahun lalu menjadi begitu berharga kini. Karena kita tau, karena aku dan kalian tau. Esok, sebagaimana pun ketulusan itu hadir, apa yang kita kerjakan hari ini akan menjadi kenangan yang tidak akan bisa diulang kembali. Karena yang sudah menjadi kenangan, akan tetap menjadi kenangan. Dan kalian, akan aku kenang selamanya. Selamanya!

Tapi berbeda dengan kalian. Karena semua kenangan yang kita miliki, yang aku miliki. Tentang kalian, tidak akan hanya menjadi kenangan biasa. Karena kalian luar biasa yang biasa menjadikan ku seseorang yang luar biasa juga. Memiliki kalian memang tidak mudah, amat sangat tak mudah pastinya. Tapi melepaskan kalian dan semua yang sudah kita miliki sekarang ternyata jauh lebih tidak mudah. Sekali lagi, perpisahan menyisakan luka. Sekali lagi, perpisahan menyisihkan kita sejenak dari kebahagiaan yang rasanya, cuman sebentar Tuhan berikan pada kita. Dan sekali lagi, perpisahan membuat kita akan berpisah untuk sejenak.

Besok memang masih ada hari yang perlu kita jalani, lusa masih ada mimpi yang harus kita kejar, minggu depan masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Begitu seterusnya waktu berjalan, masih ada banyak hal yang perlu dan harus kita buktikan! Perpisahan hari ini tidak berarti kita mati hari ini juga. Perpisahan hari ini hanya memisahkan kita sebentar, sebentar saja. Untuk hidup yang lebih baik kelak. Seberapa pun tidak relanya kita untuk berpisah, seberapapun tidak mau nya kita untuk sebentar saja tidak saling memiliki. Percayalah, aku masih akan tetap menyayangi kalian. Percayalah bahwa sampai saat ini dan seterusnya aku masih akan tetap berada disini, berdiri, menyediakan pundak, menyiapkan tisu, bahkan memberikan kotak tertawa pada kalian. Itu semua, karena aku sayang kalian! Aku sayang kalian, sahabat. Jadi, bagaimana dengan kalian? *esc
0

Masih Bisa..

Jadi, kita masih bisa ketemu kan? #hana
    Entah bagaimana kalimat itu terangkai, aku seakan tak percaya mendengar pernyataanmu. Maaf, bukannya aku tak lagi percaya padamu tapi aku hanya ingin memastikan. Bahwa apa yang aku baca dan yang aku resapi itu benar adanya.
   Masih bisa.. Kita memang masih bisa bertemu, sekedar tegur sapa, saling memandang selama beberapa detik, kemudian menghilang terbawa angin dunia. Setidaknya itu yang terasa. Dan yang aku rasakan. Karena aku tau, ada yang lebih baik disana yang bisa mendapatkan ratusan menit mu dengan leluasa.
      Sebenarnya susah untuk bersikap sewajar mungkin dihadapanmu, apalagi berperan tak perduli akan dirimu. Aku kewalahan melakukan itu! Tapi entah aku harus lebih kuat untuk menahannya dan untunglah aku masih bisa menahannya. Setidaknya dihapanmu pada saat itu.
      Terpaan angin dingin yang kutau tak sengaja menubruk wajahku yang pucat pasi kala itu membuat darah ini memanas. Kenapa bisa jadi panas? Padahal udara begitu dingin menyapaku.. Itu semua karna kamu! Karna kamu ada disebelahku, setidaknya kala itu kita masih bisa bersama.
      Aku ingat bagaimana perlahan tatapan itu membunuhku pelan-pelan, bagaimana sentuhan tangan itu menyapu tangan yang lainnya dengan lembut. Dan aku juga masih ingat, bagaimana senyuman itu selalu terputar berulang-ulang kali dalam bioskop mini dalam kepalaku. Aku masih ingat semua, bahkan masih bisa melihatnya dengan jelas tanpa cacat sedikitpun.
      Ayolah aku tau ini semua terlalu berlebihan dan aku juga tau segala sesuatu yang berlebihan itu akan berdampak tidak baik nantinya. Tapi tolong untukmu saja, ijinkan aku bersikap berlebih hanya untuk sekedar menyayangimu. Bukankah ini permintaan sederhana, yang aku tau semua orang bisa mendapatkannya? Kumohon...
       Dan dari semua permintaan kekanak-kanakan ku, aku bersyukur atas beberapa hal yang terjadi selama ini. Karena aku masih bisa melihatmu walau pun sulit, masih bisa bertemu denganmu meski sebentar, masih bisa bertukar sapa denganmu meski tak banyak yang bisa ku ucapkan ketika aku melihat wajahmu, masih bisa menyebut namamu meski lirih, masih bisa memikirkanmu meskipun kamu sama sekali tak tau apa yang kurasakan dan fikirkan sebenarnya. Setidaknya kita masih bisa saling berdiri tegap meski jarak memisahkan dan saling mendo'akan meskipun jauh. Dan setidaknya aku masih bisa menyayangimu, walaupun diam-diam.*esc
0

30 Menit



"Cuman butuh 30 menit aja kok."
Aku cuman minta 30 menit aja, buat barengan sama kamu. Buat jalan ke satu arah yang sama, buat ngobrol bareng di satu meja yang sama, buat memandang satu langit yang sama, bahkan buat ketawa ataupun menangisi satu hal yang sama-sama saling kita bicarakan, cuman 30 menit aja kok. Dari 24 jam waktu yang kamu punya seharian ini. Nggak lebih..

Untuk hari ini saja, tolong..
Aku cuman mau kamu membuatku kembali belajar tentang suatu hal hari ini, aku cuman mau minta bantuan.. Supaya esok aku bisa lebih baik lagi. Bisakan? Sebentar saja, cuman 30 menit.

Apa sesusah ini sekarang untuk minta waktumu meski hanya 30 menit? #hana *esc
0

Tentang Luka


how about you?
Ada yang tidak mengerti tentang luka ketika kamu membicarakannya. Ada yang tidak paham tentang sakit hati ketika kamu mengucapkannya. Kenapa? Mungkin karena luka yang mereka rasakan begitu besar atau mungkin sakit hati yang mereka derita terlalu menyakitkan. Atau malah jadi sebaliknya, hidup mereka terlalu bahagia sehingga tidak ada sedikit pun luka dan sakit hati yang berani menyentuh hati mereka yang bahagia.

Luka..
Apa yang tidak kamu ketahui sekarang tentang luka? Semua orang di dunia ini, tidak terkecuali satu manusia pun pasti tau apa itu luka. Dari zaman dahulu sampai zaman sekarang tidak ada yang berubah sedikit pun dari luka kecuali si penderitanya. Zaman boleh berubah menjadi semakin maju dan semakin modern, hidup manusia juga semakin hari semakin membaik kualitasnya, tapi luka? Tidak ada yang bisa merubahnya kecuali diri kita sendiri. Terutama hati kita. Karena satu-satunya hal yang membuat kamu jauh dari luka adalah keberadaan hati yang bahagia dan kuat.

Bagimana luka bisa menghancurkan hidup seseorang? Bagaimana? Itu semua bergantung dari seberapa besar kamu mencintai sesuatu. Semakin besar kamu mencintainya maka resiko sakit hati dan luka itu akan semakin besar  pula. Jangan main-main! Luka ibaratnya menjadi pedang yang paling tajam didunia ini. Salah-salah kalau kamu tidak kuat menahan goresannya kamu akan terus menerus merasakan luka tanpa tau cara mengobatinya. Just be strong and remember that god is always in beside yours =) *inggrisnya sih gitu

Jadi, apa itu luka? Temukan jawabannya di hati kecilmu:) *esc
0

Tentang Pelukan



Tentang pelukan..
Kamu yang ajarkan aku tentang pelukan,
bagaimana rasanya dipeluk.

Bagaimana caranya memeluk.
in your arms, I feel safe and comfortable #hana
Dan bagaimana indahnya sebuah pelukan.

Dua lengan itu melingkar dengan erat,
dulu..
Aku masih bisa merasakan nya kala itu,
dulu..
Setidaknya begitu, sayang.

Kamu segalanya,
karna kamu pelukan itu ada.
Kamu segalanya..

Tentang pelukan..
Aku tidak akan pernah melupakannya.
Tidak akan pernah!
Karna..
Tiada lagi yang ku inginkan,
selain pelukan.. Mu.*esc
0

Mentok di Kamu

" Pengharapanku masih bergantung di kamu." - #hana

Masih mencintai kamu bukan berarti mengharuskan
aku memiliki kamu juga kan?
Ini masih soal pengharapan..
Dan lagi-lagi soal harapan dari kamu! Bosan mungkin melanda mereka yang selalu dengarkan aku dengan cerita pengharapan tentang kamu. Tapi apa mau dikata? Aku mentok di kamu! Begitu setidaknya...

Tidak pernah berhenti ceritakan apapun soal kamu, karena memang harapan ini masih membumbung tinggi dengan mu. Pengharapan ku padamu kala itu terlalu besar, kamu terlalu berikan yang lebih. Dan mungkin,  kamu juga terlalu berharap yang lebih dengan ku saat itu. Bukan kah ini sudah cocok? Setidaknya ada satu hal besar yang sama-sama kita rasakan. Tapi kenapa, sikon tidak mendukung kita?

Seolah-olah kamu dan aku dipertemukan hanya untuk saling menyakiti. Seperti kamu dan aku terpaksa disatukan dalam satu kondisi kemudian menjalani sesuatu yang sebenarnya sejak awal tidak kita inginkan dan harusnya terasa biasa saja?

Bukan kah menyakitkan dihancurkan oleh harapan yang kita buat sendiri? Sebagaimana pun cara kita dipisahkan, mengertilah... Aku masih mentok di kamu! *esc
0

Mengais Masa Lalu


"Ketika aku menemukan kamu lagi; Masa Lalu." - #hana
Aku berjalan lagi, kebelakang. Terseok-seok karena letih. Sulit ternyata, untuk kembali lagi ke masa itu. Tapi demi temukan kamu, akan ku lakukan itu.

Membuka lagi kuburan tua, mengais... Menggali, menyingkirkan bebatuan kenangan yang sudah terpendam sangat dalam. Demi temukan kamu, yang tertimbun jauh dibawah reruntuhan.

Ini karena kamu! Karena bayanganmu yang kembali lagi. Karena sosokmu yang misteri tiba-tiba kembali. 

Aku mengais masa lalu!
Karena rindukan kamu. Iya kamu, yang pernah hadir pada masa itu.
Jalan itu ternyata begitu panjang, bukan hanya setapak lalu bertemu pada ujungnya. Penuh rintangan, dan korbankan beberapa yang penting. Beberapa....

Aku mengais masa lalu!
Aku kembali, karena kamu yang memanggil aku untuk kembali. Hingga aku temukan kamu, lalu pergi lagi. Jalani lembaran nyata yang sudah terbengkalai karena bayanganmu. Dan kembali, aku harus tinggalkan kamu. Masa lalu.*esc
0

To Feel Your Love

"Kapan kamu berikan aku kesempatan untuk rasakan itu?" - #hana
Sampai hujan berhenti dan bulan tak temukan tempatnya yang layak. Sampai itu kamu masih tak berikan aku kesempatan untuk sedikit saja dekat denganmu.

Lantas kapan? Kapan waktu itu akan tiba? Apa aku harus menunggu hujan turun dan ada pelangi disana? Di dalam ruas-ruas hatimu itu? Atau aku harus menunggu musim semi datang pada padang pasir yang gersang?  Hingga senja tiba-tiba hadir di pagi buta? Bukan kah tidak mungkin untuk itu semua? Bukan kah tidak...

Tapi, bukannya yang tidak mungkin bagiku menjadi mungkin karenamu? Untuk ini, terlalu banyak tanda tanya untuk sekedar dekat maupun mencintaimu dalam diam. Terlalu.

Hingga saat itu tiba, aku akan membuat kamu merasakan. Bahwa aku ada, disini. Berdiri, menunggu pelangi yang sedang merekah merambah langit. Aku menunggu kamu! Lagi-lagi begitu...*esc
0

Berhenti Untuk Kamu


"Berhentilah untuk berfikir dia akan sms kamu!" - dhianchrista
i just miss you...

Masih tetap setia memandangi layar handphone? Itu karena aku masih menunggu kamu. Menunggu kabar dari kamu tepatnya. Kapan kamu sms lagi seperti dulu?


Tiap 5 menit sekali layar itu menyala. Aku masih ingat dengan jelas. Bagaimana isi pesan singkat itu, tiap deret katanya bahkan. Dan yang pasti aku masih ingat dengan jelas, siapa yang menjadi pengirimnya. Kamu!

Kurang lebih satu tahun, setelah hari itu. Pesan yang sama belum juga datang lagi. Karena aku tau, sudah ada yang lebih penting disana. Disisi kamu. Dan aku harus berhenti menunggu, bahkan berhenti berfikir kamu akan mengirim pesan singkat itu kembali.

Ketika hari itu tiba, sekali dua kali pesan itu masuk. Pesan dari kamu! How happy i'm? I'm so happy!

Setidaknya, hanya pada saat itu saja tapi. Karena aku tau, kamu akan berlalu pergi lagi dan mungkin tidak akan kembali, hingga kini. Dan sekali lagi, aku harus memulainya dari awal. Untuk kembali berhenti berfikir kamu akan mengirim pesan singkat itu ke aku, seperti dulu lagi. Seperti waktu itu.*esc
0

Beranjak Pergi

"Aku masih menunggu kamu menjemputku. Dan kita akan pergi, bersama...." - #hana

I could make you happy.
Make your dreams come true.
Nothing that i wouldn't do.
Go to the ends.
Of the Earth for you.
To make you feel my love,
to make you feel my love...

Ketika yang lain mulai berjalan dan beranjak pergi meninggalkan masa lalu dan menatap masa depan. Aku masih tetap berjalan disini. Menunggu kamu yang sudah jauh berjalan didepan ku. Aku menunggu kamu datang dan menjemputku. Lalu kita bisa jalan berdampingan, bersama.

Aku ingin melangkah, kemudian beranjak pergi. Sama seperti yang lain. Sama seperti kamu! Tapi aku tidak bisa lakukan itu. Karena memang tak semudah itu rasanya. Mungkin terlalu bodoh jika terus pertahankan kamu. Sorry, pertahankan perasaanku yang benar. Mempertahankan perasaan yang sebenarnya kamu pun sudah tidak merasakannya kan? Bukan kah aku terlalu memaksakan? Bukankah terlalu naif untuk ini?

Bukan! Karena hati ini sudah tertutup untuk yang lain. Dan bukan kamu yang menutupnya. Tapi aku. Karena aku belum mau bahkan belum cukup mampu untuk membiarkan yang lain masuk, selain kamu.

      Aku berkata ingin beranjak dari kamu ..
      Tapi berulang kali juga perkataanku tak terbukti.
      Aku bohong soal ini. And sorry about this, because i'm still waiting you...

Aku ingin beranjak pergi. Tapi tidak tanpamu. Aku ingin melangkah lagi, tapi terasa berat tanpamu. Teori tidak semudah kenyataan. Apa yang dikata tidak semudah saat kita mempraktekkannya. Benar bukan? Dan itu yang terjadi kini.

Untuk langkahku selanjutnya, serius. Aku masih menunggu kamu datang dan menjemputku. Dan kemudian kita akan pergi bersama. Dan beranjak pergi dari sini. InsyaAllah.... *esc
0

Harusnya Kamu Mengerti

"Ketika  pengertian menjadikan segalanya lebih indah." - #hana

Kami, kamu dan aku.
Kita saling menyayangi, saling menginginkan, dan saling membutuhkan. Harusnya, kita juga saling mengeti..

Kamu, pernah pergi dari hidupku. Pernah meninggalkanku, pernah menyakitiku. Bukan semua kesakitan perlakuanmu itu yang membuatku menangis, bukan sakit itu! Bukan! Tapi caramu memilih untuk pergi kala itu yang membuat sakit ini belum hilang sampai sekarang, begitu sebenarnya.

Ketika kamu memilih kembali karena tersakiti oleh yang lain. Apa kamu mengerti bagaimana rasanya jadi aku? Apa kamu...?
Dan saat kamu jadikan aku sebagai pelarian belaka, apa kamu mengerti bagaimana perasaanku kala itu? Apa kamu mengerti?!

Harusnya, kamu memang mengerti. Karena hanya aku yang sanggup kamu datangi kemudian kamu tinggal pergi sesuka hati. Hanya aku.
Harusnya kamu mengerti, aku ini juga manusia. Bukan manusia setengah dewa, apalagi malaikat. Hatiku juga sama seperti kamu, rapuh. Bisa sakit jika ditusuk, bisa luka jika disakiti. Aku juga seperti kamu!

Ketika sakitmu dan sakitku menjadi tidak sebanding. Apa kita akan cukup sampai disini? Setelah begitu lama kita berjalan? Apakah...
Dan kamu akan relakan aku begitu saja tanpa permohonan untuk memintaku kembali? Apa kamu, akan lepaskan aku untuk kesekian kalinya? Dan untuk kesekian kalinya pula aku harus menunggumu datang dan kembali memintaku? Atau, sekarang harus aku yang lepaskan kamu? Ketahuilah... Aku tidak rela. Karena aku, menyayangimu.

Mungkin harusnya kamu memang mengerti, tentang rasa sakitku, tentang tangis yang kau cipta, tentang luka yang terurai kembali, dan tentang aku. Tentang kita.

Harusnya kamu mengerti ini, karena aku tau... Kam
u dan aku.
Kita... Masih saling membutuhkan dan saling menyayangi.

Dan aku... Menunggu kamu mengerti, hingga kini... *esc

Aku masih nungguin kamu looooh:'))♥♥
0

Tentang Kalian...

Tentang kalian...
Karena tidak ada sahabat yang baik seperti ini selain kalian, mungkin yang menjadi sahabat-ku tidak hanya mereka. Tapi juga ada kamu, dia, mereka, dan kalian-kalian yang lain. Tapi sekarang kalian yang menjadi paling dekat dan paling sering kutemui. 
Kalian yang selalu ada disini. *kenapa dicoret?* Karena yang selalu kadang tidak menjadi selamanya. Karena, kadang yang selalu tidak benar-benar hadir setiap saat disini. Karena yang selalu, kadang lebih sulit untuk terus-menerus berada disini.
Mereka memang tidak setiap saat hadir, paling tidak secara visual. Tapi mereka ada disetiap momen yang aku alami. Mereka, bukan yang lain.

Tentang kalian, yang kadang menyebalkan.
Tidak seorang pun yang bisa menyenangkan orang lain setiap saat. Tidak ada. Kadang menjadi menjengkelkan dan menyebalkan lebih menyenangkan. Karena itu yang membuat aku, tidak bisa melupakan kalian. Itu! Menjadi menyebalkan, mungkin itu yang sering aku rasakan. *Apaaaaainiiii?* Okayokay, pada intinya tiap kali kalian menjadi menyebalkan pada saat itu aku merasa kalian benar-benar ada.

Tentang kalian, yang membuat momen berharga.
Banyak momen yang hilang dan bahkan berlalu begitu saja. Banyak! Dan aku menyesal untuk itu, terimakasih. Tapi kalian tidak pernah berhenti untuk membuat momen-momen menyenangkan yang lainnya. Kalian, tidak pernah bisa berhenti untuk membuat momen itu. Tanpa kalian sadari, kalian yang selalu membuat aku menjadi semakin berharga. Kalian, bukan yang lain.

Tentang kalian, terimakasih untuk semua.
Terimakasih untuk semua momen itu, untuk semua candatawa yang ada, untuk semua tangis yang tercipta, untuk semua air mata yang kalian berikan, untuk aku. Terimakasih karena mau dan masih ada disini untuk ku. Terimakasih karena mau dan rela menyuapiku sesendok obat dengan rasa pahit yang luar biasa. Terimakasih karena masih dan mampu memperhatikanku meski aku tak begitu. Terimakasih karena mampu bersabar dengan aku yang keras kepala dan kadang menjadi begitu egois. Terimakasih. Terimakasih, karena kalian yang mampu membuatku berucap begitu. Karena kalian, cuman kalian. *esc 



 Hai:') Terimakasih untuk kalian yang sudah membuat momen ini.
Aku sayang kalian.{}


0

I Won't Give Up!

I Won't Give Up! Because you always teach me about "How strong you with your confidence"- #hana

Masih ingat ketika kamu, yang berusaha ajarkanku untuk tetap percaya dengan apa yang kita buat. Dengan usaha yang kita lakukan, dengan niat dan semangat yang kita punya. Aku masih ingat! Seberapa kuat kamu waktu itu. It's too late to talk about this, but i'm still rember how you can strong.

Aku ingat ketika kepercayaan itu sudah memudar dan kamu! Masih bersikukuh untuk percaya tentang kekuatan dari sebuah jembatan yang kita buat bersama. Kita; aku, dhianchristanova, thyaa. Aku juga masih ingat bagaimana ekspresi wajahmu ketika kamu mengatakan... "There can be miracle, when you believe." Yep, there can be... 

Sebenarnya, ada pertanyaan yang menggangguku kala itu... Tentang sebuah kepercayaan. Dengan kondisi dan pandangan mata yang sudah jelas, apa kamu masih percaya akan kekuatan yang ada pada benda itu? (re: jembatan) Atau semangat kepercayaanmu itu hanya untuk menguatkan kami, yang hilang percayanya pada sebuah kekuatan?

Berangkat pagi, pulang malam. Itu kita! Bekerja keras, berkenalan dengan lem, memainkan silet dan gunting, lompat keluar lewat jendela, dan mengorbankan segalanya. Demi sebuah kekuatan yang bahkan kita sendiri tidak pernah tau seberapa kuat benda (re: jembatan) itu bisa bertahan? There is only hope.

Aku tau, kita tidak pernah berhenti untuk berusaha. Aku tau, kamu masih bisa bertahan. Bahkan lebih kuat dari yang aku bayangkan. Karna kamu yang ajarkan aku tentang bagaimana pentingnya sebuah kepercayaan. Percaya pada apa pun yang kita buat dengan tangan kita sendiri, dengan cinta dan semangat yang besar. Bukan untuk kemenangan pada awalnya, tapi untuk sebuah keyakinan, pembuktian, dan pengakuan. Bahwa kita bisa membuatnya dengan sepenuh hati. Tidak dengan semangat yang setengah-setengah dan berakhir sia-sia. Karna yang kita lakukan kemarin bukan hasil dari sia-sia dan sebatas ajang coba-coba, yang kita lakukan kemarin... Adalah pembuktian untuk kamu dan aku, untuk kita. Pada mereka dan juga diri sendiri.

Dan aku masih ingat, ketika seberapa kuat wajah itu menahan kecewa... Namun tetap bisa menguatkan yang lain, dan masih percaya.. *esc
"There can be miracle, when you believe..."

thanks to you dhianchristanova,
because you make me never stop to believe.
-hana-

                                       And this is it, The Bridge of Hope.
                      Created by; @SekarCilukBaaa , @dhianchrista , @thyaaak



0

i just miss you so...

Setidaknya ini untuk kalian....

Hai;') kalian yang sering menebar tawa dalam hariku, apa kabar? Sering bertemu tak membuat kita selalu bersua kan? Sibuk ku atau sikap sok sibuk ku membuat sebuah bentang antara kalian dan aku. Aku tau itu, tapi aku tak pernah coba menghentikan dan memperbaiki. Aku membiarkan semuanya mengalir seperti air. Peka? Mungkin hanya itu yang ku gunakan dan yang mungkin kalian gunakan juga agar kita tetap saling mengerti. Haha, bahasa yang aku gunakan ini; terasa sangat kaku membacanya. Tapi setidaknya ini terjadi pada kalian. Hanya kalian.

Kekakuan dan keras kepalaku kadang memang meyulitkan, terlebih untuk kalian. Aku tau itu dan aku tetap membiarkan. Karna kalian tau? Mungkin.. Cuman itu cara yang membuat kalian masih disini. Karna kalian, tetap setia.. Menjaga ku dari kejauhan. Mengingatkan dan membuatku terasa lebih baik. Setidaknya begitu.

Dan ketika kita telah mengenal dengan lebih baik...
Tidak ada yang lebih menyedihkan ketika kamu memulai perkenalan dengan sesorang yang tak peduli dengan apa yang aku ucapkan. Kamu yang bayak bicara dan mereka diam. Karena itu.. Aku tidak akan menyerah! Terus mencoba dekat hingga akhirnya berteman erat. Iya, aku, kamu, dia, kalian, dan sekarang kita. Setidaknya begitu untuk kalian.

Aku tidak mau menjadi seseorang yang begitu mudah datang dan sangat mudah ditinggalkan. Karna aku  disini, datang dan membuat beda. Bukan beda yang bermaksud memecahkan kita. Tapi beda yang ingin melengkapi rongga kosong yang ada. Dan ketika kalian butuh waktu tanpa aku, aku masih tetap disini. Melihat kalian dari jauh. Dan terkadang, menunggu hingga tertidur lelap.

because i just miss you so...*esc

Indahnya Berbagi

"Beda? Nggak ngebuat aku untuk nggak jadi cerita
ke kamu kok. 
Kita tetep temen."

Tidak semua sakit harus dirasakan sakitnya. Tidak semua cinta dan kasih sayang harus dirasakan juga kehadirannya. Kadang, ada beberapa hal didunia ini yang harus disembunyikan dari dunia luar dan disimpan didalam dunia kita sendiri. Menyimpan hal-hal yang pribadi dan hanya bisa dikonsumsi untuk diri kita sendiri ? Emang nggak ada salahnya dan sama sekali nggak salah. Itu hak kita sebagai si pemilik cerita. Tapi bukankah berbagi dengan orang lain lebih enak ? Dalam hal ini, berbagi cerita, kenangan masa lalu, dan lain-lain loh! Bukan berbagi cinta, pacar, atau hal-hal sensitif lainnya. Haha, karena hal yang seperti itu hanya bisa dibagi dengan hati. Untuk pertama kali, ini masalah hati teman.

Nah, kalau gini jadi galaukan harus menyimpan sendiri atau berbagi ? Mari kita ambil jalan tengahnya!
Berbagilah hal-hal yang perlu dibagikan, simpanlah hal-hal yang masih perlu disimpan. Nggak harus semuanya disimpan dalam-dalam dan rapat-rapat. Tapi juga nggak harus semuanya diumbar lebar-lebar dan dibuka kemana-mana.
Rahasiamu pedang mu! Mulutmu harimau mu! Ini soal prinsip. Tapi juga soal hati dan sikon. Apapun yang ada didunia ini, kamu yang mengendalikan. Termasuk, apa-apa yang kamu punya dan yang ingin kamu bagi dengan yang lain.

Pembagian, harusnya juga tidak boleh berat sepihak. Harus seimbang, nggak harus sama rata. Tapi sesuai kebutuhan. Ingat! Adil belum tentu memberikan semua sama rata, sama kayak seimbang. Cuman seimbang maknanya lebih dalam lagi dari adil. Apa maknanya? Coba kamu perdalam sendiri. Karena jawaban yang paling tepat ada didalam hati mu.

Yang dibagi juga nggak boleh sok-sokan, akhirnya jadi serakah terus semacam jadi senjata makan tuan. Paham nggak? Pasti nggak deh. Intinya kamu yang menjadi tempat curhat si pemilik cerita nggak boleh sok juga, karena kamu jadi tempat curhatannya si dia jadi kamu seenaknya sendiri manfaatin dia. Nggak boleh serakah juga, kalau udah terlalu banyak yang cerita sama kamu sometimes kamu harus menolak beberapa cerita yang bakal kamu dengerin. Okay, emang cuman dengerin sih. Tapi bebannya sama loh. Soalnya sama-sama nyimpen rahasia orang. Kenapa senjata makan tuan? Soalnya bukan senjata makan kambing. Udah gitu aja. Dipikir sendiri dulu deh baru ntar nanya sama aku.

Intinya yang berbagi dan yang dibagi harus sama-sama seimbang, nggak boleh berat sebelah atau ringan sebelah. 
Yang berbagi harus benar dalam memilih si pendengar cerita, supaya nggak nyesel belakangannya. Kalau bisa juga jangan diceritain dulu semua lah yaa, sedikit aja dulu. Yang penting ngeringanin beban. 

Yang dibagi juga gitu tjoy, biarin si pemilik cerita coba ngomongin semuanya dulu. Biarkan semuanya mengalir gitu aja, let ift flow gitulah yaaa. Toh kalau si punya cerita udah percaya dan srek sama situ dia bakalan cerita semuanya kok nanti pada akhirnya, sabar tjoy. 

Ohya satu lagi nih, tidak ada perbedaan antara kamu, aku, dia, dan mereka. Kalau mau cerita ya cerita aja. Karna memang perbedaan tidak akan menghalangi apa yang seharusnya memang kita ceritakan. Yang penting dari semua tulisan ku kali ini adalah...  Jangan ada dusta diantara kita. Udah gitu ajasih. Semancoy!'-'9 (re: Semangat tjoy!)*esc
0

The Pain


It's just a little pain. Actually with a many tears. - #hana

"Rasa sakit yang teramat dalam, membuatku merasakan lelah yang tak berujung. Luka yang teramat besar membuat kecewa yang besar pula." - #hana

Tuhan, aku lelah. Aku merasakan lelah yang teramat. Aku lelah untuk menjalani hariku. Aku lelah harus selalu menjadi yang mereka inginkan. Aku lelah Tuhan, lelah menjadi diriku yang terus dikecewakan. Yang terus mengecewakan.
Aku ingin coba berhenti. Menghindar, mungkin juga menghilang. 
Bisakah aku dapatkan itu Tuhan? Bisakah?

Aku lelah harus terus diam sementara yang lain bisa berkata. Aku ingin pergi, jauh ke tempat dimana mereka tak bisa menemukan ku. Aku ingin bersembunyi dan merasa lupa akan segalanya. Aku ingin mereka tau, aku ingin mereka mengerti. Bahwa aku, tak setegar yang mereka lihat.
Aku kuat dalam jiwa yang rapuh. Aku hancur. Tapi tidak ada yang bisa melihatnya.

Aku ingin menjadi kaku, ingin menjadi es yang dingin, ingin menjadi batu yang keras. Tapi juga ingin menjadi air yang tenang. Terlalu sulitkah pintaku Tuhan? Atau adakah rencana-Mu yang lebih baik untukku? Hingga aku harus terus-menerus begini? Terus merasakan sakit ini?

Aku kecewa pada diriku dan orang-orang itu!
Sayang, hanya aku dan Kau yang tau, karena mereka tidak atau belum mau mengerti.*esc
0

Terlalu Cinta



Apalagi yang harus aku ucapkan ? Apa ?
Apalagi yang harus aku lakukan ? Apa ?
Apa lagi yang harus? Untuk membuatmu berada disini.

Aku sudah tak punya daya,
aku sudah tak punya tenaga.
Untuk membuatmu yakin,
akan adanya cinta ini.
Untuk membuatmu percaya,
bahwa apa yang aku punya ini nyata.

Mungkin peka mu tak lagi sebaik dulu.
Atau kau pura-pura tak tahu ?
Aku ada disini !

Menyanyangimu ?
Memang indah rasanya,
dalam bayang sekalipun.
Semua masih terasa indah.
Masih terasa.

Apa aku juga harus lupa ?
Berpura-pura melupakan ?
Atau pura-pura tak perasa lagi ?
Haruskah aku menyiksa diriku ? Sekali lagi.
Mengganti dirimu dengan yang lain.
Membunuh sosokmu dan melupa.
Dan lagi,
hati ini tetap berada di pihakmu.

Haruskah aku berkata pada Tuhan ?
Meminta maaf atas rasaku?
Atas ragaku yang tak mampu untuk menjauh ?
Menjauh dari sisimu ?
Menghilangkan mu dari hariku ?
Apa kuasa ku ?! Apa ?

Mungkin, sudah saatnya aku pergi.
Atau mungkin, aku memang sudah pergi.
Jauh, meninggalkan mu yang menyakiti.
Dan aku selalu kembali.
Aku kembali !

Dengan luka yang sama.
Dengan hati yang sama.
Aku kembali, dan terus berbalik lagi kepadamu.
Inikah yang harus terus kurasa?

Untuk kali ini dan besok.
Atau bahkan seterusnya.
Selamanya, aku akan menatap wajahmu.*esc

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top