Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)
0

Pengabaian Mu

Nelangsa aku melihat pengabaian mu.
Aku! Aku!
Yang kini kau abaikan.
Bagai roda-roda kaki yang tak berpijak.
Kau bumbung aku tinggi,
sampai cakrawala menyentuh ujung sutra ku.
Kemudian kau hempaskan aku,
secepat cahaya.
Jatuh! Ketempat tak beralas,
seperti hujan.
Sakit, itu yang kurasa.
Getir suara amukan hati menggebu.
Bak masa yang riuh rontak,
meronta-ronta meminta keadilan.
Lirih-lirih sendu ku dengar suaramu,
membuat tabu segala realita.
Membutakan mataku.
Membutakan hati.
Pengabaian mu..
Sakitkan aku!
Pengabaian mu..
Lelahkan hati!
Bacalah! Bacalah!
Pengabianmu..
Ubah benarku, jadi pendusta.
Mengertilah!
Abaimu kini, jatuhkan aku.
Abaimu kini, kelak kan hunus jantungmu.
Mengertilah, mengertilah..*esc
0

Ketika Tidak Ada Pundak Untuk Mu

- Sang Pijar -
Hari ini, dimana aku sendiri menghadapi dunia. Aku mengerti bagaimana rasanya tangis itu mengalir dengan derasnya. Aku paham sekali bagaimana rasanya air asin itu menetes tiap detik lewati lajurnya yang semilir menuruni hilir pipi ini. Mungkin dunia tidak mengerti, bahkan tak seorang pun mengerti. Bahwa sang pijar kini sedang meredup. Ia sedang menghampiri mati nya kali ini. Tidak ada satu penyelamat pun datang menghampirinya kemudian menyelamatkannya dari kehancuran jiwa.

Ini mungkin penyakit hati, mungkin juga jiwa, mungkin... Tidak ada satu pun yang tau kecuali sang pijar. Apabila Ia mengatakannya, percayalah! Tak akan ada satu cahaya pun yang percaya bahwa 'dia' yang sedianya selalu bersinar tiap saat, sebentar lagi akan meredup dan mati.

Adakah cahaya yang nanti akan mencarinya? Nanti ketika Ia telah mati dan tiada? Adakah nanti masih ada yang butuhkannya? Nanti, ketika ada pijar baru yang datang dan lebih bersinar darinya? Tempatnya yang agung nanti akan tergantikan, bumi ini berputar meski pelan. Sama halnya dengan roda kehidupan, ada yang diatas kemudian diturunkan kebawah. Begitu kata pepatah lama.

Aku ingin tau, bagaimana nanti akhirnya sang pijar akan dikenang. Ketika tak ada pundak datang untuknya, akankah Ia tetap bertahan? Ketika tak ada pundak datang untuknya, masihkah Ia perduli untuk memberikan pundak kepada 'dia' yang lain yang juga sama membutuhkannya? Ketika tidak ada pundak datang untuknya, apakah Ia masih dan akan terus menyediakan sesuatu yang tak diberikan oleh yang lain? Jika kamu tau apa yang ku maksudkan... Aku mau tau, mau tau!

Sejujurnya, sang pijar telah lelah. Ia lelah, untuk kembali bertahan. Perduli dengan sesama tak berarti membuat sang pijar diperdulikan oleh sesamanya juga. Bukankah adil tidak harus terbagi sama rata? Bukankah adil tidak harus dirasa sama?

Ketika tidak ada pundak bagi sang pijar, aku cuman mau kamu tau. Ia masih akan berpijar meski redup, Ia akan tetap ada meski nyatanya mati adalah ambang terakhir jalannya. Ia masih akan hidup, meskipun jalannya tertatih. Ia masih dan akan terus ada. Dimana? Di sebelah perasaanmu yang terluka. Disisi hatimu yang kosong. Disamping mu, disamping tempat dudukmu yang seadanya belum berpenghuni. Ia masih akan tetap ada disitu, tak akan berpindah. Apabila dia hilang, biarlah... Nanti dia juga akan kembali dengan hati yang baru dan semangat yang baru, untukmu!

Ketika tidak ada pundak untuk mu? Berbicaralah pada sang pijar, katakan padanya apa yang terjadi denganmu, ceritakan! Dan dia akan dengarkanmu dengan sepenuh hati. - Sang Pijar.
*esc
0

Karena Aku Sayang Kalian

Hai Friends? :')
Dear bestfriends,
Ada hal-hal yang tidak terlupakan bahkan tidak bisa dilupakan didunia ini. Apa itu? Kalian!
Pernah temukan teman yang baik, tidak membuatku berhenti untuk menemukan yang lebih baik lagi. Untuk saat ini, serius.. Kalian yang terbaik. Entah yang lain perduli atau tidak. Entah yang lain merasa juga atau tidak. Entah yang lain mungkin merasa tersinggung atas pernyataanku ini atau tidak. Aku tidak perduli, karena aku sayang kalian.

Ketulusan selalu meluluhkan hati banyak orang.

Mungkin ini yang kita lakukan, yang aku lakukan, yang kalian lakukan juga. Sebuah ketulusan akan selalu meluluhkan hati banyak orang. Setidaknya, kita saling menyayangi dengan tulus kan? Untuk itu, kenapa perpisahan menjadi momen paling berat untuk kita. Karena itu, kenapa kenangan tahun lalu menjadi begitu berharga kini. Karena kita tau, karena aku dan kalian tau. Esok, sebagaimana pun ketulusan itu hadir, apa yang kita kerjakan hari ini akan menjadi kenangan yang tidak akan bisa diulang kembali. Karena yang sudah menjadi kenangan, akan tetap menjadi kenangan. Dan kalian, akan aku kenang selamanya. Selamanya!

Tapi berbeda dengan kalian. Karena semua kenangan yang kita miliki, yang aku miliki. Tentang kalian, tidak akan hanya menjadi kenangan biasa. Karena kalian luar biasa yang biasa menjadikan ku seseorang yang luar biasa juga. Memiliki kalian memang tidak mudah, amat sangat tak mudah pastinya. Tapi melepaskan kalian dan semua yang sudah kita miliki sekarang ternyata jauh lebih tidak mudah. Sekali lagi, perpisahan menyisakan luka. Sekali lagi, perpisahan menyisihkan kita sejenak dari kebahagiaan yang rasanya, cuman sebentar Tuhan berikan pada kita. Dan sekali lagi, perpisahan membuat kita akan berpisah untuk sejenak.

Besok memang masih ada hari yang perlu kita jalani, lusa masih ada mimpi yang harus kita kejar, minggu depan masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Begitu seterusnya waktu berjalan, masih ada banyak hal yang perlu dan harus kita buktikan! Perpisahan hari ini tidak berarti kita mati hari ini juga. Perpisahan hari ini hanya memisahkan kita sebentar, sebentar saja. Untuk hidup yang lebih baik kelak. Seberapa pun tidak relanya kita untuk berpisah, seberapapun tidak mau nya kita untuk sebentar saja tidak saling memiliki. Percayalah, aku masih akan tetap menyayangi kalian. Percayalah bahwa sampai saat ini dan seterusnya aku masih akan tetap berada disini, berdiri, menyediakan pundak, menyiapkan tisu, bahkan memberikan kotak tertawa pada kalian. Itu semua, karena aku sayang kalian! Aku sayang kalian, sahabat. Jadi, bagaimana dengan kalian? *esc
0

Masih Bisa..

Jadi, kita masih bisa ketemu kan? #hana
    Entah bagaimana kalimat itu terangkai, aku seakan tak percaya mendengar pernyataanmu. Maaf, bukannya aku tak lagi percaya padamu tapi aku hanya ingin memastikan. Bahwa apa yang aku baca dan yang aku resapi itu benar adanya.
   Masih bisa.. Kita memang masih bisa bertemu, sekedar tegur sapa, saling memandang selama beberapa detik, kemudian menghilang terbawa angin dunia. Setidaknya itu yang terasa. Dan yang aku rasakan. Karena aku tau, ada yang lebih baik disana yang bisa mendapatkan ratusan menit mu dengan leluasa.
      Sebenarnya susah untuk bersikap sewajar mungkin dihadapanmu, apalagi berperan tak perduli akan dirimu. Aku kewalahan melakukan itu! Tapi entah aku harus lebih kuat untuk menahannya dan untunglah aku masih bisa menahannya. Setidaknya dihapanmu pada saat itu.
      Terpaan angin dingin yang kutau tak sengaja menubruk wajahku yang pucat pasi kala itu membuat darah ini memanas. Kenapa bisa jadi panas? Padahal udara begitu dingin menyapaku.. Itu semua karna kamu! Karna kamu ada disebelahku, setidaknya kala itu kita masih bisa bersama.
      Aku ingat bagaimana perlahan tatapan itu membunuhku pelan-pelan, bagaimana sentuhan tangan itu menyapu tangan yang lainnya dengan lembut. Dan aku juga masih ingat, bagaimana senyuman itu selalu terputar berulang-ulang kali dalam bioskop mini dalam kepalaku. Aku masih ingat semua, bahkan masih bisa melihatnya dengan jelas tanpa cacat sedikitpun.
      Ayolah aku tau ini semua terlalu berlebihan dan aku juga tau segala sesuatu yang berlebihan itu akan berdampak tidak baik nantinya. Tapi tolong untukmu saja, ijinkan aku bersikap berlebih hanya untuk sekedar menyayangimu. Bukankah ini permintaan sederhana, yang aku tau semua orang bisa mendapatkannya? Kumohon...
       Dan dari semua permintaan kekanak-kanakan ku, aku bersyukur atas beberapa hal yang terjadi selama ini. Karena aku masih bisa melihatmu walau pun sulit, masih bisa bertemu denganmu meski sebentar, masih bisa bertukar sapa denganmu meski tak banyak yang bisa ku ucapkan ketika aku melihat wajahmu, masih bisa menyebut namamu meski lirih, masih bisa memikirkanmu meskipun kamu sama sekali tak tau apa yang kurasakan dan fikirkan sebenarnya. Setidaknya kita masih bisa saling berdiri tegap meski jarak memisahkan dan saling mendo'akan meskipun jauh. Dan setidaknya aku masih bisa menyayangimu, walaupun diam-diam.*esc

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top