Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)
0

Lekas Kembali Ya!

Kamu yang lagi disana sama yang lain, apa kabar?
Selagi kamu pergi, aku disini sedang mencari tempat datangnya pelangi.
Dibawah guyubnya payung dedaunan.
Aku menunggu kamu sambil menengadah disana.

Kamu pergi begitu lama, sadarkah?
Kamu pergi begitu jauh, tahukah?
Kamu terlalu jauh dan aku terlalu lelah untuk sama-sama mengejar dan mencari.

Kamu yang sedang ada disana, sadarkah ada aku yang selalu menunggu mu disini?

Seperti salju yang tak kunjung datang di dataran tropis.
Seperti pelangi yang tak pernah terlihat saat kering.
Seperti kamu yang tak kunjung kembali meski rindu sudah terasa.

Aku telah lama terbiasa menunggumu dalam diam.
Karna sungguh kau tau, aku mencintaimu dalam diam.
Cepat kembali.
Cepat pulang.*esc
Aku merindukanmu.

0

Yang Kau Perdebatkan

Aku melukis titik-titik garis yang berhamburan. Berceceran, serabutan kesana-kemari. Susah sekali rasanya untuk tidak membencimu, untuk tak lagi memperdebatkan segala yang telah terjadi.

Aku berusaha! Aku mencoba!
Ketahuilah itu teman, iya teman. Teman dekat yang ku kira kami telah amat dekat, hingga ini bisa disebut sebagai persahabatan.

Aku selalu berusaha dan mencoba untuk bisa mengikhlaskan segalanya, mengikhlaskan semuanya. Kamu tau itu? Harusnya kamu tau itu!

Lantas siapa yang sungguh kau sebut teman? Aku kah? Dia kah? Atau siapa? Katakan!
Siapa yang sungguh kau panggil namanya sebagai musuh? Aku kah? Dia kah? Atau siapa? Serukan!

Kamu terlalu abu yang jadikan segalanya gelap gulita. Aku tak benar-benar tau kamu ini siapa sebenarnya. Teman kah? Musuh kah?
Kamu tak pernah beri kejelasan, kamu ini mau jadi apa? Lalu salahkah aku jika begini jadinya?

Aku mengais tiap titik yang kau buat berhamburan. Yang kubuat tercecer kesana-kemari, hanya demi apa? Demi kamu! Demi Kita.
Kita? Kurasa ada kita, jika saja kamu tak menghilangkan segalanya. Segala yang telah kupercayakan. Aku, hanya ingin engkau tahu.. Bahwa dulu, aku pernah percaya. Bukan berarti kini tidak, bukan berarti kini tak lagi. Hanya saja, kurasa semua luntur terbawa angin.

Jika kau kira mendekat saja sudah cukup memberimu ruang, mendekatlah!
Jika kau rasa hanya dengan mendekat saja tak ada cukup ruang untuk menguhunuskan pedang? Maju, berperanglah!

Sungguh siapa kini yang kau sebut teman?*esc

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top