Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)
0

Ketika Tidak Ada Pundak Untuk Mu

- Sang Pijar -
Hari ini, dimana aku sendiri menghadapi dunia. Aku mengerti bagaimana rasanya tangis itu mengalir dengan derasnya. Aku paham sekali bagaimana rasanya air asin itu menetes tiap detik lewati lajurnya yang semilir menuruni hilir pipi ini. Mungkin dunia tidak mengerti, bahkan tak seorang pun mengerti. Bahwa sang pijar kini sedang meredup. Ia sedang menghampiri mati nya kali ini. Tidak ada satu penyelamat pun datang menghampirinya kemudian menyelamatkannya dari kehancuran jiwa.

Ini mungkin penyakit hati, mungkin juga jiwa, mungkin... Tidak ada satu pun yang tau kecuali sang pijar. Apabila Ia mengatakannya, percayalah! Tak akan ada satu cahaya pun yang percaya bahwa 'dia' yang sedianya selalu bersinar tiap saat, sebentar lagi akan meredup dan mati.

Adakah cahaya yang nanti akan mencarinya? Nanti ketika Ia telah mati dan tiada? Adakah nanti masih ada yang butuhkannya? Nanti, ketika ada pijar baru yang datang dan lebih bersinar darinya? Tempatnya yang agung nanti akan tergantikan, bumi ini berputar meski pelan. Sama halnya dengan roda kehidupan, ada yang diatas kemudian diturunkan kebawah. Begitu kata pepatah lama.

Aku ingin tau, bagaimana nanti akhirnya sang pijar akan dikenang. Ketika tak ada pundak datang untuknya, akankah Ia tetap bertahan? Ketika tak ada pundak datang untuknya, masihkah Ia perduli untuk memberikan pundak kepada 'dia' yang lain yang juga sama membutuhkannya? Ketika tidak ada pundak datang untuknya, apakah Ia masih dan akan terus menyediakan sesuatu yang tak diberikan oleh yang lain? Jika kamu tau apa yang ku maksudkan... Aku mau tau, mau tau!

Sejujurnya, sang pijar telah lelah. Ia lelah, untuk kembali bertahan. Perduli dengan sesama tak berarti membuat sang pijar diperdulikan oleh sesamanya juga. Bukankah adil tidak harus terbagi sama rata? Bukankah adil tidak harus dirasa sama?

Ketika tidak ada pundak bagi sang pijar, aku cuman mau kamu tau. Ia masih akan berpijar meski redup, Ia akan tetap ada meski nyatanya mati adalah ambang terakhir jalannya. Ia masih akan hidup, meskipun jalannya tertatih. Ia masih dan akan terus ada. Dimana? Di sebelah perasaanmu yang terluka. Disisi hatimu yang kosong. Disamping mu, disamping tempat dudukmu yang seadanya belum berpenghuni. Ia masih akan tetap ada disitu, tak akan berpindah. Apabila dia hilang, biarlah... Nanti dia juga akan kembali dengan hati yang baru dan semangat yang baru, untukmu!

Ketika tidak ada pundak untuk mu? Berbicaralah pada sang pijar, katakan padanya apa yang terjadi denganmu, ceritakan! Dan dia akan dengarkanmu dengan sepenuh hati. - Sang Pijar.
*esc

0 comments:

Post a Comment

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top