Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)

Kopi Candu Langgengkan Rindu

Kita berdua sama-sama tau, bahwa jarak antara masa lalu dan masa depan adalah tipis.
Yang jadi masa lalu mu, bisa jadi masa depan ku. Begitu demikian sebaliknya, bukan?

Kita sama-sama mengerti, bahwa tiada jarak yang dapat memisahkan kita terkecuali waktu.
Aku mungkin berada ditempat yang salah, tapi apakah waktu ku juga demikian salah adanya?

Kita sama-sama memahami, bahwa tidak ada hati yang tak bisa berbolak-balik.
Begitu juga dengan hatimu, tidak selamanya untuk ku. Hari ini mungkin memang iya, esok?

Apa yang kita tahu, kita mengerti, kita pahami. Nyatanya tak jua membuat kita bersatu dengan lama.
Bagiku, untuk melanggengkan sesuatu tak hanya cukup dengan bermodal tau, bermodal mengerti, dan memahami. Namun, lebih daripada sekedar itu. 

Ini soal loyalitas hati, sesuatu yang lebih dari sekedar setia belaka. Jujur saja, aku mulai muak dengan hal-hal magis berbau manis yang jadikan kita makin miris ketika tau sesuatu hal yang membuat menangis. Tak jauh aku ambil contoh untuk hal demikian, seperti hal nya kamu. *esc

Berpangku harap padamu, nyatanya membuatku merasakan pahitnya jamu dan manisnya gulali. Tapi, kenyataan tak seperti realita bung. Pada akhirnya, yang sengaja dipilih pun tak bisa memilih dan yang terjadi adalah pergi, sebuah perpisahan paling manis yang jadikan aku semakin pahit.

Kini yang tergenggam hanyalah secangkir kopi panas pahit, yang selalu jadi manis tiap aku melihat parasmu dan mendengar tawamu. Ya, tepat setelah perpisahan kita kemarin.
0

UNTOLD

Saya tidak pernah tahu bahwa kamu sebegitu sakitnya, ketika waktu itu.. saya pergi.
Saya ingat ketika kamu berkata "jika akan" merasakan sakit yang sebegitunya jika suatu saat saya akan pergi, atau meninggalkanmu. Atpi saat itu, saya benar-benar tak percaya bahwa kamu bisa sebegitu sakitnya. Saya tidak percaya.

Sampai saat semalam, kamu.. berkata demikian.
Saya baru sadar jika saya sudah se-jahat itu padamu. Dan kamu pun sudah se-rela itu, untuk merelakan saya dengan yang lain. Sejujurnya, kita sama-sama tidak tahu, jika sakit yang kita rasa sama-sama besarnya. Begitu bukan? *esc

Saya tahu betul, kita tidak akan mungkin kembali seperti dulu. Seperti waktu itu lagi, saya betul bahwa kebencian akan membuat kamu lupa tentang saya. Bahwa kebencian akan membuat kamu jauh, dan jarak akan semakin membentang terasa.

Tapi setidaknya, tidak kah kamu ijinkan saya untuk kembali? Setelah semua yang terjadi?
0

Sepenggal Sajak Senja

Dan kemarin senja tak lupa menyapaku kembali. Seperti biasa, kami berjumpa ketika waktu tak lagi cukup membuat kami untuk bersua. Seperti yang kamu tau, dia datang dan berlalu begitu cepat....... sampai-sampai aku tak kuat hati untuk merasakan tiap senti kehadirannya.

Sudah lama sejak entah kapan, aku mulai kehilangan sosok-sosoknya yang kudamba........ senja yang selama ini tlah kujadikan tempat bergantung dan berlindung....... senja yang selama ini telah jadi penopang ku dari terpaan badai menghantam, kini tak lagi sama. Sudah berbeda, jauh menjauh.... pergi menghilang.

Tak taukah dia, bahwa aku juga rindu. Tak taukah dia bahwa aku juga ingin diperlakukan seperti dulu?
Dan........ tak ada lagi yang dapat kutemukan terkecuali sisa-sisa sepenggal sajak senja yang masih kusimpan rapat-rapat..... karna tak dinyana tak disangka, seberapa jauh senja pergi, aku masih tetap percaya bahwa dia akan kembali. 

Akhirnya....... senja, tau tempat dimana dia akan pulang dan tinggal. Menetap sebentar kemudian pergi lagi, memeluk kemudian menusuk. Meski demikian adanya, entah mengapa aku masih setia mempercayai keberadaannya yang sislih berganti dan tak pernah pasti.

Sepenggal sajak senja ini kutulis, untuk kamu.... yang tak sengaja menyadarkanku, bahwa tak ada yang patut kubawa...... ketika kamu sendiri pun tlah lama melepas.

Terimakasih, aku merindukanmu.*esc
0

Dalam Artian Sebenarnya

Tiap hari, akan ada hati yang terluka karena kata tak lagi bisa kau atur. Karena meski rindu mencekam dalam dada dan meratap pada do'a, kau pun bisa apa untuk menanyakan apakah dia juga begitu? Selain hanya memendamnya dalam batin.

Kita sama-sama tahu bahwa aku rindu, hanya saja aku tak pandai benar untuk menyampaikannya, padamu yang juga tak kunjung mengerti. Kamu pun mengetahui bahwa aku rindu dan tak pandai untuk mengungkapkannya. Karena yang kau tahu aku hanya pandai menuntut bahkan mengutuk padamu dan aku tak pandai merindu bahkan untuk sekedar menyimpannya saja.

Pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi, rumah tak seharmonis dulu. Tidak ada lagi yang saling mendengarkan kebutuhan masing-masing, kita hanya saling membela diri sendiri dan mengatas namakannya pada kasih sayang. Egoisme yang makin tinggi dijunjung, kamu berkutat pada kebutuhanmu. Tak pelak aku pun juga begitu. Yang membuat kita makin tak pernah bertemu dalam artian sebenar-benarnya bertemu.*esc 

Aku mungkin merindukanmu dan kaupun mungkin juga begitu. Jarak yang begitu dekat mungkin menaruh jenuh dalam api. Tersulut sedikit matilah kita berdua. Sesingkat-singkatnya waktu, kita butuh rehat.. aku rasa begitu.

Karena tak ingin saling melepas tidak membuat kita dapat kabur dari rasa penat yang mendera. Aku mungkin telah banyak menciderai perasaanmu, tidak kah demikian dengan mu? Tidak kah kamu juga menyadari bahwa kita sama-sama melukai satu sama lain?

Hanya mempertahankan sesuatu yang kosong. Tapi sama-sama tak ingin melepas karena takut. Dan lagi-lagi mengatas namakan semuanya pada kasih sayang karena hati yang meminta. Kami pun dibodohi oleh perasaan sendiri. 

Tidak kah kamu merasa demikian? hana.
0

Saya - Maaf

Saya pernah sangat bersedih karena kehilangan seseorang. 
Untuk itu saya benar-benar menjaga kamu sekarang, bagaimanapun caranya saya coba lakukan.

Saya tahu masih banyak ketidaksempurnaan yang saya punya dalam hal jaga-menjaga. Saya paham betul betapa banyak kekurangan yang saya miliki, betapa saya telah melakukan banyak kesalahan, mungkin jika dihitung-hitung sudah ratusan atau bahkan berkali-kali dalam sehari saya mengucapkan kata maaf padamu, dan saya masih melakukan kesalahan yang sama?

Kamu tahu betul bagaimana diri saya dan saya sendiri pun sangat memahami bahwa saya telah memulai segalanya dengan cara yang salah.

Ketahuilah, saya merasa bodoh karena selalu melakukan kesalahan kemudian mengucapkan maaf, meski terjadi begitu seterusnya..

Tapi satu-satunya hal yang saya bisa hanya demikian adanya. 

Jika saja ada hal lebih baik yang bisa saya lakukan, saya pastikan saya akan coba untuk melakukannya. Dan jika sampai saat ini saya masih melakukan hal bodoh seperti ini, maka yang saya bisa hanyalah mengucapkan maaf..

Saya minta maaf..*esc

Mungkin, ini memang karena keterbatasan yang saya punya. 
Saya mohon, maafkanlah saya.

Karena satu-satunya hal yang saya punya dan yang membuat saya begitu serius saat ini adalah perihal menjagamu.

Ya, saya ingin menjagamu dengan baik. Lebih baik dari yang sebelumnya.

Dan jika saya belum berhasil untuk melakukan itu, apalah daya saya.. Lagi-lagi, maaf untuk itu.

Maaf saya masih sering bertindak bodoh dan membuatmu memutuskan untuk pergi.


Pesan pribadi, untukmu :
Maka biarkanlah hari ini saya mengucapkan kata itu sekali lagi, kemudian semua terserah padamu. 
Sekalipun sering kamu mendengarkannya, saya mohon untuk hari ini saja dengarkan saya lebih baik lagi dari sebelumnya.
Sayang, maafkan saya atas segala kesalahan yang pernah saya buat padamu, apapun itu. Saya tahu, terlalu banyak hal bodoh yang sudah saya lakukan. Terlalu banyak kata maaf yang saya tulis dan ucapkan padamu. Mungkin kali ini tidak akan termaafkan, bahkan melalu surel ini pun kamu tidak akan merasa tersentuh dengan tulisan yang saya buat. Tapi saya tahu bagaimana rumah yang saya miliki bersikap. Saya sungguh-sungguh minta maaf, saya tidak bisa kehilangan kamu. Saya menyayangimu. -hana
0

Ketika Fajar Menyapa

Ketika esok fajar menyapa, kamu tak akan lagi memperbincangkan tentang saya. Karena kamu sudah bahagia. Dengan bahagiamu sendiri. Setelah berwindu-windu bersamaku.

Ketika saat itu tiba, kamu tak lagi akan bertanya-tanya bagaimana kabarku hari ini. Karena sudah ada yang lain, yang kabarnya paling kamu tunggu sebelum saya. Kita pastikan itu nanti.

Ketika fajar menyapa, saya tidak tahu. Tapi saya meyakini, kamu sudah akan lupa tentang siapa saya, tentang bagaimana saya, tentang siapa kita, dan bagaimana kita dulu. Kamu akan lupa sampai saat kamu mengingatnya, saya sudah tak lagi berada disitu. Karena sudah akan ada orang lain yang siap sedia menggantikan tempat saya. Mungkin lebih baik, tapi tak akan seperti saya. Kita jamin itu nanti.

Dan ketika senja kembali keperaduannya, sampai ketika fajar akan kembali menyapamu. Aku sungguh masih setia menjadi rumah yang siap kamu huni, sampai kamu butuhkan nanti, kapan pun, dan dimanapun. Hubungi aku!

Aku masih akan setia menjadi hujan yang akan basahkan hatimu ketika kamu sedang berapi-api. Karena aku tidak akan membiarkanmu terbakar sendirian.

Aku masih akan setia menjadi  gemintang yang akan jadi hiasan tidurmu ketika malam membawamu kedalam alam bawah sadar. Karena aku tidak akan membiarkanmu terlelap sendiri, kedinginan.

Aku akan pastikan, bahwa aku tetap setia menjadi apapun yang kamu butuhkan nanti. Sampai kabar kepulanganmu terdengar olehku. Kita akan lihat itu nanti.

Karena aku setia menunggu kepulanganmu, kapanpun kamu akan datang. Aku masih disini. Ketika fajar menyingsing, setelah kau pergi. –hana*esc

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top