Menghargai Karya Orang Lain Itu Penting, Maka Dari Itu Jangan Lakukan Tindakan Copy-Paste Tanpa Menyertakan Sumber Beritanya, Terimakasih:)
0

Jika Memang Dia


Tuhan, kalau ini memang benar. Semoga saja dia bisa membuatku kembali belajar tentang rasa yang luar biasa ini. Untuk dia dan untukku. 

Tuhan, jika ini benar. Semoga saja rasa luar biasa yang Kau titipkan ini bisa membuatku jauh lebih baik. Apalagi karena aku bersama dia, sekarang.

Tuhan, jika ini memang benar adanya begini. Aku ingin ucapkan terimakasih pada-Mu karena telah menitipkan rasa yang luar biasa padaku, lagi. 

-------------------------------------------- #hana -----------------------------------------------------

Tuhan, aku tidak tau apa yang sedang kurasakan sekarang. Entah benar jatuh cinta, atau memang hanya perasaan sesaat. Aku takut Tuhan, aku takut. Jika ini semua hanya perasaan semu. Yang tidak mungkin jadi kenyataan. Setidaknya untuk saat ini, begitulah adanya.

Tuhan, aku tidak tau apakah dia orang yang benar bisa membuatku tertawa setiap harinya? Yang bisa menyangga sedihku, dan merubah hari-hariku esok dan esoknya lagi? Aku tidak tau, aku tidak tau.

Tuhan, jika memang benar dia yang terbaik hari ini, esok hari, dan esoknya lagi untukku. Aku hanya ingin dia mengajariku untuk menjadi yang dia cinta. Aku ingin menjadi sosok yang ia cintai, agar aku juga bisa memiliki rasa yang luar biasa ini, untukku dan untuknya.

Tuhan, aku tidak meminta banyak dari-Mu. Aku hanya inginkan seseorang yang bisa mengerti diriku, yang bisa menjadi cahaya dikala gelap menyelimutiku, menjadi petunjuk jalanku yang berliku, dan aku rasa dia lah orangnya. Mungkin hanya dia yang bisa, yang tau, dan mengerti. Aku inginkan dia, tapi aku tidak tau apakah aku juga butuhkan dia? Seluruh keraguan itu... Masih menyelimutiku. Bantu aku Tuhan, apabila memang dia yang Kau persiapkan untukku selama ini, tolong bantu aku menuju jalannya dan buat dia menuju jalanku.*esc
0

Ingin Ku

Aku melihatmu.
Sejak dulu, meski dalam jarak.
Aku melihatmu.
Sejak dulu, walau hanya sepintas.
Sekilas, kemudian hilang.
Aku melihatmu.
Di iringi syair hembusan udara.
Aku berbisik dalam kalbu.
Tuhan, aku suka dengannya.
Aku ingin dekat dengannya.
Aku mau dia. Aku ingin dia.
Sampai merpati datang membawa pesan-Nya.
Dia. Yang dulunya hanya bisa dilihat.
Dia. Yang dulunya hanya mampu kubatinkan.
Dia. Yang dulunya sama sekali tak melihatku.
Kini sudah ada didekatku.
Bahkan pada jarak yang tak kuduga.
Dia. Itu kamu.*esc
0

KITA itu ADA kok!

Pernah aku berkata bahwa "Tidak pernah ada kita". Yang ada cuman aku, kamu, dan dia. Udah gitu aja? Iya, nyatanya memang begitu saja. Aku tau seketika setelah aku mengatakan itu kamu sungguh berfikir keras. Amat keras. Mungkin kerasnya melebihi dinding batu bata yang disusun dengan kuat dan kokoh. Mungkin loh ya, mungkin.

Aku tau sempat kalimat itu meyakitimu. Walau sedikit. Walau kamu berkata "tidak, aku tidak papa". Atau "aku ikhlas kok" kemudian tersenyum penuh arti.. Tapi aku tau, perasaan itu... Hati itu, pasti tersakiti. Walaupun hanya secuil. Akuilah! Mata itu berbicara dengan jelas dengan ku kala itu. Sorot mata yang kau punya... Sama sekali tidak bisa berbohong. Dia mengatakan yang sejujurnya padaku saat itu juga, seketika setelah kalimat itu terlontar.

Maaf. Aku meminta maaf untuk momen kala itu. Aku hanya bisa mengakatan maaf untuk mu saat ini. Hanya itu saja. Karena aku begitu bodoh, berkata sebelum berfikir. Berkata sebelum menimbang perasaan yang kau miliki. Berkata tanpa merasakan apa yang sebenarnya. Maaf. Sekali lagi maaf. Sungguh aku tidak bermaksud untuk itu. Tapi jika memang begitu yang terjadi, hukum aku sesuka yang kamu mau. Hukum aku! Karena aku, pantas dapatkan itu. Aku, pantas mendapatkannya.

Dari palung hatiku yang paling dalam, sungguh aku tidak benar-benar mengatakan itu dengan hati. Semoga saja kau juga tau itu. Sungguh, aku tidak benar-benar berfikir jernih kala itu. Pikiranku keruh, sampai tak dapat terlihat celah cahaya yang coba masuk mencerahi pikiranku. Entah sebegitu keruhnya kah hati dan pikiranku saat itu? Atau memang aku yang bodoh.

"Kita" itu ada kok! Ada. Meski tak selalu sempurna. Meski tak sesempurna kemarin. Tapi "kita" itu ada. Ada, meski kehadirannya kadang terabaikan dan terungsikan. Tapi "kita" itu memang benar ada. Ada untuk saling melengkapi, mengingatkan, membahagiakan, bahkan untuk saling menghapus air mata satu sama lain. Aku percaya. Sesalah paham apa pun kita kemarin, esok segala yang salah itu bisa membuat kita jadi lebih baik. Jauh lebih baik. Dan mungkin amat sangat baik. Semoga saja.

Terimakasih, untuk apa pun yang sudah pernah kalian berikan. Untuk apa pun yang sudah pernah kalian ajarkan. Untuk semuanya, apa pun itu yang kalian berikan dan kalian ajarkan padaku.. Sekarang sudah membuat diriku jadi lebih baik. Setidaknya, lebih baik secara perlahan. Terimakasih banyak, aku sayang kalian. ~ #hana *esc
0

Sebelas

Mungkin tidak semuanya bisa selalu ada. Tapi yang jelas
dimana pun kalian berada, hati dan pikiran kita
InsyaAllah akan selalu terpaut satu sama lain. #hana

Hari demi hari yang sudah kita lewati bersama, kebersamaan yang terajut perlahan namun pasti, canda-tawa yang membahana dirumah kita, bahkan tangis-duka yang menyerbak meraung digubuk kecil itu. Kami membangunnya mulai dari nol. Percayalah ini terasa sulit, sungguh sulit. Menyatukan sebelas pemikiran yang berbeda dalam satu wadah yang sama.

Kami mengabaikan seruan serdadu jendral yang menyuruh kami untuk pergi segera dari gubuk kecil itu, kami tetap tinggal disini! Ini rumah kita! Bukankah seharusnya rumah itu dirawat dan dihuni setiap saat? Bukan ditinggal dan dibiarkan begitu saja? Mana perjuanganmu!? Mana?

Kita, kamu dan aku sama-sama mencintai bendera kebangsaan ini. Kita sama-sama cinta. Tapi cinta yang sama tak membuat kadar perjuangan yang diberikan pun sama juga. Bukankah ini tidak adil? Life is unfair.

Tidak perlu banyak kata lagi yang harus dituangkan, aku hanya ingin kita bisa bersatu sama seperti mereka yang terdahulu. Bersatu untuk berjuang. Bersatu menjadi pelurus. Bersatu meneruskan ukhuwah. Bersatu membangun rumah kecil yang kumuh dan merubahnya menjadi istana megah nan agung. Demi kejayaan yang kita tumpu bersama, aku mencintai kalian karena Allah. Bukankah ini sudah adil? Berjuanglah juga karena kita sudah berada dijalan yang sama.
*esc

Pembaca

Pembaca Setia

Back to Top